Pada gelaran balap MotoGP 2021, Enea Bastianini sempat menjadi pusat dalam 2 race yang di langsungkan di Italia, tepatnya pada GP Misano dan GP Emilio Romagna. Tak banyak yang mengira bahwa seorang Enea mampu menembus podium ke 3 dalam 2 balapan tersebut.
Pasalnya, Bastianini kala itu menggunakan motor Desmosedici GP19 yang teknologinya tertinggal jauh dari Desmosedici GP21 yang di kendarai Francesco Bagnaia dan Jack Miller. Bagaimana Bastianini melakukannya? Hal ini sempat menjadi tanda tanya besar bagi Valentino Rossi yang menganggap Riding Style Enea tidak normal dan sangat unik.
Momen Rossi Membantu Bastianini Di Press Conference
Rossi yang punya hubungan kedekatan dengan Enea ini pernah menawarkannya untuk masuk ke VR46 Academy, namun Enea memilih untuk tidak menerimanya. Meski begitu, Bastianini sangat menghormati Valentino Rossi. Apalagi dulu Rossi pernah menyelamatkan muka Bastianini di depan para jurnalis yang datang di Press Conference GP Misano 2015.
Kala itu Enea masih berada di kelas Moto3 dan diberikan beberapa pertanyaan dari Nick Harris dengan dialog berbahasa inggris. Bastianini yang tak fasih berbicara bahasa inggris sempat kebingungan dan menoleh ke arah Rossi di sampingnya sambil bertanya, “dia (Nick) bicara apa?” karena Bastianini tak mengerti apa yang Nick Harris tanyakan.
Dengan senang hati, Rossi pun membantu menerjemahkan pertanyaan Nick Harris ke dalam bahasa Italia hingga membuat Bastianini mengerti. Pada akhirnya Bastianini tetap tidak bisa menjawabnya dan memberikan jawaban yang tidak nyambung sambil tertawa. Itu adalah momen yang tak akan terlupakan Enea dalam karirnya sebagai Rider.
Aksi Fenomenal Enea Bastianini Saat Race
Saat menjalani balapan di GP Misano 2021, Bastianini memperoleh pengalaman fantastis ketika berhasil menyalip pembalap dari tim pabrikan seperti Alex Rins, Jack Miller dan Marc Marquez. Terlebih lagi duelnya melawan seorang Marquez yang terkenal sangat kuat dalam pertarungan Head to Head. Enea sangat menikmati bisa menyalip Marc ketika mengerem.
Marc yang mengikuti Bastianini menyadari bahwa Enea sangat mengerti cara berkendara cepat dengan Ducati. Dia selalu melakukan Late Brake dan keluar tikungan dengan Torsi dan grip yang besar. Enea melakukan semuanya dengan benar hingga layak mencatatkan lap tercepat dan memperoleh podium ke 3. Aksi fenomenalnya berlanjut di GP Qatar 2022.
Rider yang mengidolakan Casey Stoner ini berhasil keluar sebagai pemenang di race tersebut. Marc telah menyadari ada yang spesial pada cara balap Bastianini dan memprediksinya sebagai penantang gelar juara dunia MotoGP 2022 ketika tengah mengejar Bastianini. Enea melaju sangat cepat dan memberi Marc feeling yang sama ketika dikalahkan Bastianini di GP Misano 2021 dimana Bastianini memiliki pace 1 detik lebih cepat dari Marc.
Marc pun menyebut nama Bastianini sebagai saingan terberatnya di musim ini dan bukan Quartararo atau Bagnaia. Musim ini Enea telah memenangkan 50% balapan pembuka musim dan membuat Gresini Racing menjadi pusat perhatian kembali setelah sekian lama tak mendapat sorotan para penikmat balap MotoGP.
Gaya Balap Unik Enea Bastianini
Kepala mekanik Bastianini, Alberto Giribuola yang telah lama menghabiskan musim balap bersama Andrea Dovizioso mengungkapkan bahwa Bastianini memiliki sesuatu yang spesial. Dia melihat ada kemampuan Marquez dalam diri Bastianini, terutama berkaitan dengan cara Enea mengendalikan ban depan Michelin. Seperti yang banyak diketahui pecinta MotoGP, Marc adalah ahlinya dalam urusan mengendalikan ban depan.
Pembalap lain dapat melakukannya dengan ban belakang, tapi tidak depan ban depan Michelin yang terkenal memiliki grip yang tidak sekuat Bridgestone. Menurut Giribuola, Bastianini memiliki feeling khusus dengan ban depan. Ketika melihatnya membalap, seperti melihat Marquez dalam performa terbaiknya.
Sebagai contoh, saat pembalap lain mulai kehabisan grip ban dan melambat di akhir race, Bastianini justru semakin kencang pada akhir balapan. Hal ini dikarenakan Enea menggunakan potensi ban depan lebih besar daripada ban belakang. Inilah yang membuat pace-nya selalu konsisten hingga akhir balapan.
Carlo Pernat, selaku manajer Bastianini juga mengatakan jika Bastianini mempunyai talenta dan bakat alami untuk menjaga tingkat keausan ban. Enea adalah tipikal Late Braker yang sedikit menggunakan ban belakang. Gaya balapnya lebih cocok untuk kelas MotoGP daripada Moto2 atau Moto3, karena disinilah banyak strategi seperti penghematan konsumsi ban dilakukan.
Kemiripan Riding Style Bastianini Dan Dovizioso
Giribuola menjelaskan bahwa baik Bastianini maupun Dovizioso memiliki kemiripan saat mengendarai Ducati. Enea sedikit lebih baik dalam memahami batas penggunaan ban belakang. Keduanya sama-sama banyak menggunakan potensi ban depan untuk melakukan Late Brake. Yang membedakannya adalah ketika Exit Corner, dimana banyak berada dibatas penggunaan ban belakang, sementara Dovizioso lebih agresif dengan bannya.
Dalam urusan memahami perilaku motor, Bastianini lebih mengandalkan feelingnya dengan motor. Sedangkan Divizioso lebih banyak menggunakan otaknya karena memang Dovizioso adalah tipe pembalap yang suka menganalisa semua aspek dari motor.
Gaya Balap Bastianini Dalam Sudut Pandang Miller
Melihat Bastianini bisa melaju cepat dengan Ducati, Miller tertarik untuk mencoba gaya nalap Enea. Namun sepertinya cara itu tidak bisa dilakukannya, bahkan oleh pembalap Ducati lainnya. Secara jujur Miller tidak tau persis bagaimana cara Bastianini menggunakan Riding Style seperti itu. Dia seperti berkendara dan melewati pembalap lain tanpa terlihat bersusah payah.
Dalam pandangan Miller, Enea punya cara tersendiri dimana dia bisa duduk sangat central dengan kepala miring di atas motor. Kebiasaan Enea yang tidak menggunakan ban belakang untuk berbelok diakui Miller juga menjadi salah satu kekurangannya, dimana Jack tak bisa melakukan hal yang sama seperti Bastianini.
Cara Bastianini Belajar Dan Memahami Ducati
Bastianini memang terkenal sangat pintar mengatur kondisi ban belakangnya yang membuatnya masih memiliki kecepatan ekstra di akhir race. Hal ini dipelajari Enea dengan beradaptasi dan melihat data Rider Ducati lain sebagai pembanding. Misalnya saja ketika Enea melihat data balap Bagnaia dan Miller. Motor mereka tidak sama secara pengaturan namun memiliki DNA yang mirip dengan Desmosedici yang digunakan Bastianini.
Dari data itu, Enea mulai memahami pergerakan motor motor Ducati lain dan menggunakan informasi yang dia butuhkan untuk memperbaiki gaya balapnya menjadi semakin halus. Meski memiliki keunggulan dari cara balap, Bastianini pun pernah menjelaskan titik kelemahannya yang perlu diperbaiki. Enea sangat kencang ketika memasuki tikungan.
Ini memberikan nilai lebih ketika melakukan overtake, terutama di spot yang membutuhkan pengereman ekstra. Namun Enea harus membayarnya saat memasuki pertengahan tikungan dimana dia masih merasa lebih lambat.
Pendapat Pecco Antara Bastianini Dan Miller
Menanggapi kabar Bastianini akan diberikan motor spesifikasi pabrikan dan terdapat kemungkinan untuk menggantikan posisi Jack Miller, membuat Bagnaia angkat suara. Pecco menentukan sikapnya dengan memilih tetap bertandem dengan Jack Miller dibandingkan Bastianini. Alasannya adalah karena Pecco telah mengenal Miller dengan baik serta banyak berbagi waktu dan informasi dengannya.
Bastianini telah menduga Pecco akan mengatakan hal itu karena Enea tau Bagnaia ingin menjadi leader di Ducati. Kehadiran dirinya atau Martin dapat menjadi masalah buat Pecco, sebab Pecco pasti tau bagaimana potensi Enea dan Martin. Secara umum memang hal seperti itu wajar terjadi di MotoGP.
Pembalap akan lebih menyukai teammate yang tidak menyusahkannya atau menimbulkan tensi tinggi dalam hubungan mereka, seperti Marquez dan Pedrosa yang tidak punya masalah internal. Berbeda halnya ketika Rossi dan Lorenzo di satu tim.
Banyak konflik yang akan timbul karena keduanya memiliki karakter dan mentalitas yang sama sehingga masing-masing akan berusaha menunjukkan dirinya yang terbaik. Namun begitu, baik Pecco atau Bagnaia, mengembalikan keputusan pada pihak Ducati karena mereka yang akan menentukan apa yang terbaik untuk tim di masa depan.
Janji Menarik Bastianini Jika Juara Dunia MotoGP 2022
Sudah 2 tahun sejak Bastianini menjadi juara dunia Moto2 di tahun 2020. Memori manis itu masih melekat kuat dalam pikiran Bastianini, hingga terbelsit sebuah ide yang cukup menarik. Bastianini membuat sebuah janji ketika dirinya berhasil menjadi juara dunia MotoGP.
Bastianini akan mewarnai rambutnya dengan warna bendera Italia. Sama dengan apa yang dilakukan Valentino Rossi pada 1999 saat menjuarai kelas 250cc. Apakah Bastianini mampu mewujudkannya? Kita nantikan saja kiprah Bastianini hingga race terakhir di GP Valencia. Hanya waktu yang akan membuktikannya.