MotoGP selalu menjadi kompetisi balap yang mampu menyedot minat para penonton untuk menyaksikan pertarungan seru antar pembalap di lintasan. Selain aksi-aksi menegangkan para rider yang saling melakukan overtake, daya tarik MotoGP juga terletak pada motor yang dipakai untuk lomba.
Ya, motor berkapasitas 1000cc tersebut memang tergolong motor yang luar biasa, baik dari sisi performa kecepatan, kestabilan, tenaga yang dihasilkan dan nilai jualnya yang tinggi. Didesain hanya untuk balapan saja, motor Prototype di MotoGP berbeda dari kebanyakan motor sport lainnya.
Part dan komponen motor sport banyak dijual dipasaran, lain halnya dengan komponen motor di MotoGP yang diproduksi terbatas hanya untuk kepentingan balap dan tidak diperuntukkan untuk dipasarkan ke publik. Itulah yang menjadikan motor MotoGP begitu eksklusif. Bahkan banyak orang yang berangan-angan untuk bisa sekedar berkendara sejenak diatas kuda besi 4-tak itu dan merasakan sensasi adrenalin di kecepatan tinggi.
Tak jarang juga mereka yang memiliki dana yang banyak, ikut tertarik untuk mencari peluang agar bisa tidak hanya mengendarainya saja, namun juga membelinya secara langsung. Perlu dingat bahwa tidak mudah untuk bisa memperoleh 1 unit motor MotoGP.
Ada proses rahasia yang harus dipahami para calon pembeli untuk bisa mendapatkan motor idamannya. Itu pun belum tentu gampang dilakukan, sebab bisa/tidaknya motor dijual bergantung pada keputusan pabrikan MotoGP sendiri. Ketika mereka mempublikasikan motor untuk dijual/dilelang, disitulah kesempatan terbuka untuk bisa membeli motor canggih itu.
Beberapa gelintir orang didunia beruntung bisa membeli motor MotoGP lewat lelang di dealer khusus yang menjual motor-motor lama. Meski berhasil mendapatkan motor berharga tersebut, beberapa konsekuensi berat harus ditanggung pembeli motor tersebut. Apa saja risikonya membeli motor MotoGP? Apakah motor ini legal dan layak untuk dipakai dijalan? Untuk mengetahui jawabannya, langsung saja kita simak informasinya berikut ini.
Risiko “NEKAT” Membeli Motor MotoGP
1. Harga Jual Yang Sangat Tinggi
Dana melimpah adalah syarat wajib yang harus dipenuhi pembeli yang berminat dengan motor MotoGP. Pasalnya, motor balap di kelas tertinggi itu memiliki harga diatas Rp30 miliar. Meski begitu, ada fakta yang pastinya membuat calon pembeli merasa sedikit senang.
Apa itu? Motor-motor MotoGP yang dijual ke publik termasuk motor bekas/motor yang sudah tidak dipakai setelah kompetisi. Seperti kendaraan lain, nilai jualnya tidak akan sama ketika kondisinya baru. Itu berlaku juga untuk MotoGP. Walau nilainya turun, tapi kisaran harganya masih cukup fantastis dibandingkan motor sport baru.
2. Legalitas Untuk Dikendarai Dijalan
Legalitas adalah masalah serius yang bisa membuat orang yang ingin membeli motor MotoGP, akan berpikir dua kali untuk mewujudkan keinginannya itu. Untuk bisa dipakai dijalan, motor umumnya harus memiliki legalitas berupa kelengkapan surat-surat dan kelengkapan motor sesuai peraturan hukum yang berlaku.
Banyak yang belum mengerti bagaimana cara mengurus surat-surat motor MotoGP itu, dan kini masih menjadi teka-teki besar bagi orang awam untuk memahaminya. Yang pasti itu akan memakan proses dan waktu yang panjang dan tidak mudah.
3. Merombak Motor Sesuai Aturan Berkendara
Seperti yang kita tau bersama, bahwa MotoGP tidak dilengkapi dengan beberapa bagian penting untuk berkendara di jalanan. Motor itu tidak memiliki lampu depan, lampu sein, lampu rem, klakson, spion, dudukan plat nomor, bahkan juga standar. Jadi bisa dibayangkan betapa repotnya harus memodifikasi motor agar layak dan bisa digunakan untuk aktivitas sehari-sehari.
Dan apakah modifikasi itu akan membuatnya masih terlihat bagus? Dari segi estetis, motor MotoGP sendiri sudah terlihat sangat menawan. Namun jika dilakukan modifikasi, mungkin tampilan aslinya akan banyak berubah. Sehingga tidak akan sama persis dengan motor saat dipakai untuk balap.
4. Kerepotan Saat Menyalakan Motor
MotoGP tidak menggunakan Electric Starter, bahkan engkol/Kick Starter pun juga tak ada. Hanya ada 3 cara untuk menyalakan mesinnya. Pertama dengan Starting Block, lalu kedua dengan Crankshaft Starter dan terakhir dengan didorong dari belakang.
Cara terakhir itu mustahil untuk dilakukan, sebab tidak mungkin setiap kali menyalakan mesin harus meminta orang untuk membantu mendorong motor. Alternatif yang mungkin dilakukan adalah dengan cara pertama dan kedua. Masalahnya, Starting Block dan Crankshaft Starter itu berukuran besar dan tidak mudah untuk dibawa kemana-mana. Ini akan sangat merepotkan bagi pengendara motor.
4. Biaya Perawatan Tinggi Dan Langkanya Spare Part
Daya tahan komponen motor di MotoGP berbeda dari motor biasanya. Komponen tersebut lebih mudah aus dan penggantian berkalanya pun lebih sering ketimbang motor produksi massal. Bisa dibilang ketahanannya sangat tidak cocok untuk ukuran motor harian. Kenapa bisa begitu? Pada prinsipnya, semakin tinggi spesifikasi motor, maka semakin rendah durabilitasnya.
Dan sebaliknya, semakin rendah spesifikasi motor, maka semakin awet dan tahan lama juga komponennya. Jadi jangan kaget jika ban motor habis sebelum jarak tempuh 200 km, karena memang penggantiannya biasanya dilakukan dalam satuan ribuan km. Artinya dibawah 1000 km, part motor harus di service dan diganti.
5. Menguras Fisik Dan Energi Di Jalan
Motor MotoGP terbilang ringan untuk balap. Namun tetap saja beratnya mencapai 157 kg. Meskipun tidak seberat motor sport, namun untuk mengendalikannya dibutuhkan energi yang banyak. Ini bisa menjadi problem ketika kondisi jalan tidak mendukung, misalnya saja macet. Kawasan Asia merupakan daerah yang padat penduduk dan di banyak kota besar, lalu lintasnya sangat massive.
Banyaknya kendaraan terkadang melebihi lebar akses jalan hingga membuat jalanan menjadi macet. Sehingga mungkin tidak akan cocok untuk dipakai sebagai jalur lintas motor MotoGP. Tantangan lainnya adalah ketika macet, motor akan Overheat, karena spesifikasi sistem pendinginannya dirancang untuk bisa mendapat hembusan angin di kecepatan tinggi.
Jika sampai Overheat, dana tak kurang dari setengah harga motornya akan habis untuk perbaikan motor. Disamping itu, rasio gear yang tinggi membuat motor ini mampu melaju hingga 90 km/jam dengan gigi 1 saja. Bagaimana dampaknya bila gigi 2-6 tak pernah dipakai? Pastinya akan mengalami kerusakan juga yang membuat dompet pemilik motor bisa jebol untuk biaya perbaikannya.
6. Tidak Nyaman Dipakai Di Jalan Raya
Secara umum, motor MotoGP dari sisi ergonomi sangatlah baik. Tinggi motor dan jok di setel untuk memberikan kenyamanan memacu motor di trek. Namun kenyamanan itu tidak berlaku jika diterapkan pada jalan raya. Part lain dari motor akan mudah mengalami masalah dan mengganggu kenyaman berkendara. Contohnya saja ban. Ban motor di MotoGP memiliki kompon dan tekstur yang sangat soft/lembut.
Daya tahan ban di jalan raya sangat tidak dianjurkan. Jalanan biasanya kurang bersih, dimana banyak debu, kerikil atau benda lainnya yang sering dijumpai berada di tengah jalan. Ditambah lagi kualitas aspalnya yang tidak terjamin selalu baik dan rata. Ini bisa meningkatkan risiko keselamatan berkendara.
Apalagi dengan motor yang mempunyai putaran mesin tinggi dan karakter tenaga yang “galak” hingga mencapai puncak performanya. Jadi sudah tentu motor MotoGP tidak akan memberikan kenyamanan jika digunakan pada area yang tidak tepat untuk melaju, mengingat motor ini sebenarnya memang motor balap yang biasanya berada di aspal yang bagus, rata dan tanpa ada hambatan didepan.