Komponen aerodinamika yang pertama kali serius dikembangkan di MotoGP hadi di 2016 silam yang tujuannya untuk mengurangi efek wheelie, dengan demikian akselerasi motor dapat meningkat akibat meningkatnya beban pada front end motor.
Beberapa tahun kemudian, banyak orang yang mulai membicarakan soal perang aerodinamika di MotoGP, namun jika dibandingkan dengan sekarang, perang aero di waktu itu masih kecil kecilan, karena perang aerodinamika yang sebenarnya baru terjadi sekarang, yang mana ditandai dengan semua pabrikan MotoGP untuk pertama kalinya telah menggunakan aerodinamika ground effect yang terinspirasi oleh Formula 1 di tes Sepang kemarin.
Tentu Ducati masih memimpin pengembangan aero ini karena sudah memulainya 2 tahun lalu dengan fairing diffuser yang bisa meningkatkan grip saat menikung. Aprilia mulai mengikuti jejak Ducati dengan mengembangkan fairing ground effect di pertengahan musim lalu, kemudian Honda juga menambahkan fairing diffuser pada motor RC213Vnya pada beberapa balapan terakhir musim 2022.
Sekarang, untuk pertama kalinya KTM dan Yamaha mulai mengikuti jejak ketiga pabrikan tadi dengan memperkenalkan fairing diffuser ground effect di Sepang.
Lalu sebenarnya bagaimana teknologi diffuser yang sudah ada 50 tahun lalu di ajang Formula 1 ini bekerja ? cukup simpel.
Singkatnya fairing diffuser ground effect ini didesain untuk mempercepat aliran udara di antara fairing dan aspal pada saat motor merebah di tikungan. Aliran udara yang mengalir lebih cepat di bawah motor ini menciptakan area bertekanan rendah, sehingga tekanan yang lebih tinggi di atas akan lebih menekan motor ke aspal, yang artinya meningkatkan grip.
Itulah kenapa semua pabrikan di MotoGP berlomba lomba mengembangkan aerodinamika ini, karena hal yang paling penting di balapan adalah grip. Semakin tinggi grip yang dimiliki maka motor akan semakin cepat menikung di tikungan, dan bila semakin cepat melibas tikungan maka pembalap bisa secepat mungkin menegakkan motor agar bisa meraih grip yang lebih tinggi dari bagian ban belakang yang lebih lebar, sembari membuka gas untuk melaju sekencang mungkin di lintasan lurus.
Saat ini Ducati dan Aprilia masih memimpin pengembangan aerodinamika, karena kedua pabrikan Italia ini telah mendatangkan insinyur aerodinamika dari tim Ferrari F1.
Sementara KTM, yang dulunya selalu menginginkan aerodinamika downforce dilarang di MotoGP, sekarang mulai menerima hadirnya teknologi ini dengan terlibat dalam pengembangan aerodinamika lewat bantuan dari tim Red Bull F1.
Kemudian Honda dan Yamaha sebenarnya juga tidak ingin terjadi perang aero ini semakin serius, tetapi mereka juga telah menerima bahwa ini adalah arah yang diambil oleh MotoGP, sehingga mereka juga harus bereaksi terhadap perubahan di MotoGP jika tidak ingin tertinggal.
Di pihak Honda tentu sudah punya pengalaman dalam mengembangkan aero di Formula 1 dan ajang balap mobil GT, sehingga Honda memakai insinyur aerodinamikanya untuk mengembangkan aero di Honda RC213V.
Sementara hanya Yamaha saja yang menjadi pabrikan MotoGP tanppa pengetahuan mendalam bagaimana mengembangkan aero.
Di tes sepang kemarin kelima pabrikan MotoGP sudah menguji aero downforcenya. Apa saja yang diuji ?
- Aprilia RS-GP
Tahun lalu Aprilia menyambut MotoGP dengan berusaha meniru Ducati dalam hal mesin V4 90 derajat nya, dan di Sepang kemarin, pabrikan asal Noale ini kembali melakukan update demi bisa menutup gap ketertinggalannya dengan Ducati.
![](https://www.startinggrid.id/wp-content/uploads/2023/02/Capjoture.png)
Di bagian aerodinamika, motor RS-GP 2023 menyertakan fairing downforce yang telah diperbarui untuk meningkatkan ground effect dan juga grip. Aprilia juga menguji coba perangkat ground effect roda depan yang bentuknya cukup kecil, namun sangat dekat ke ban depan, jadi kemungkinan perangkat ini menawarkan peningkatan downforce.
Kemudian Aprilia menguji saluran udara yang keluar dari sisi windscreen motor, yang mana aliran udara ini ditangkap dari air intake dan dihembuskan ke bahu pembalap untuk memuluskan aliran udara, sehingga bisa mengurangi turbulensi dan hambatan udara.
Alex Espargaro mengatakan bahwa motor RS-GP 2023 lebih stabil, menikung lebih baik dan sedikit lebih bertenaga. Tahun ini motor Aprilia punya mesin yang lebih powerful, yang mana akan dipilih untuk dihomologasi di musim 2023 ini. Performa motor Aprilia ini cukup menjanjikan karena motor Aleix Espargaro dan Maverick Vinales cukup seimbang dengan top speed Ducati yang dicetak Pecco Bagnaia di Sepang pada kecepatan 337,4 km/jam
Kedatangan Miguel Oliveira di tim RNF Aprilia juga bisa menjadi hal yang bagus bagi Aprilia. Oliveira termasuk pembalap yang cepat dan cerdas, tentunya ini bisa sangat menguntungkan bagi Aprilia. Karena seperti yang kita tahu, Vinales selalu bisa cepat di sesi uji coba namun cenderung akan tampil angin anginan ketika balapan dimulai.
- Ducati Desmosedici
Di tes Sepang lalu, Ducati tampil cukup dominan di semua area, ini dibuktikan dengan tidak kurang ada 7 pembalap Ducati yang masuk 9 besar pembalap tercepat.
Ducati menguji 2 arah pengembangan aero. Pertama, fairing diffuser yang telah diupdate dan fairing ground effect yang terinspirasi dari desain Aprilia yang diuji di tes Valencia lalu. Langkah Ducati ini cukup mengejutkan karena ini pertama kalinya Ducati mengcopy desain aero pabrikan rivalnya.
![](https://www.startinggrid.id/wp-content/uploads/2023/02/ryure.png)
Di Sepang lalu, fairing desain Aprilia menawarkan kestabilan motor pada saat pengereman, sedangkan fairing diffuser yang telah diupdate memberikan kemudahan motor menikung lebh baik. Sehingga kedua pembalap pabrikan Ducati, Pecco Bagnaia dan Enea Bastianini kemungkinan besar akan melanjutkan arah pengembangan ini.
Di tes Sepang kemarin, top speed Bagnaia sedikit meningkat, namun Ducati saat ini sedang membenahi respon bukaan throttle pada Ducati GP23, karena ternyata mesin 2023 ini agak agresif pada bukaan awal throttle, yang mana hal ini sangat penting untuk mendapatkan akselerasi di corner exit.
Secara umum Bagnaia mengatakan bahwa Desmosedici GP23 lebih baik ketimbang GP22 ketika pertama kali diuji coba tahun lalu, yang mana dengan kondisi motor kurang sempurna itu pun Bagnaia tetap bisa memenangi gelar dunia 2022.
Sementara itu, Luca Marini yang menjadi pembalap tercepat dengan mengendarai Ducati GP22, mengatakan bahwa motornya tidak ada kekurangan apapun dan dia menjalani tes dengan sangat baik, bahkan Marini juga bisa melakukan simulasi sprint race dengan baik.
- Honda RC213V
Di tes sepang kemarin, feeling Marquez serasa campur aduk. Di satu sisi, Marquez merasa senang dengan kondisi fisiknya yang sudah 100% fit, namun di sisi lain tidak senang dengan motornya. Marquez mengakhiri 3 hari tes dengan berada di posisi 10, terpaut 0,777 detik di belakang Luca Marini dan tepat di belakang adiknya Alex Marquez yang mengendarai Ducati Gresini.
Setelah mendesain ulang total motor RC213V untuk musim 2022, Honda memutuskan untuk sekedar mengevolusi saja dan bukan merevolusi motornya demi menghadapi musim 2023. Marquez memulai tes Sepang dengan 4 motor; 1 motor 2022 untuk perbandingan dan 3 motor prototipe 2023 dengan sasis dan aero yang berbeda. Pada hari terakhir tes, Marquez memilih satu motor , yang menunjukkan bahwa setidaknya Marquez telah menemukan arah pengembangan yang tepat.
Awalnya fairing ala Aprilia dimunculkan untuk diuji Marquez, namun Marquez lebih menyukai fairing diffuser yang sudah dia pakai sejak balapan terakhir di Valencia 2022.
Sementara itu, Mesin baru Honda memberikan lebih banyak torsi namun Marquez masih kesulitan memanfaatkannya karena ada masalah pada traksi. Marquez menduga hal ini dikarenakan oleh lemahnya motor saat menikung, karena bila motor tidak bisa menikung dengan cepat di tengah tikungan maka pembalap terpaksa berakselerasi di keadaan motor yang belum tegak, yang mana akselerasi di momen ini sangat minim traksi karena hanya mengandalkan pinggir tapak ban.
- KTM RC16
Harapan tinggi sebenarnya ditujukan pada KTM, karena pabrikan asal Austria ini telah menghabiskan rehat musim MotoGP bekerja sama dengan ahli aerodinamika tim Red Bull F1. Namun hasilnya malah tidak ada 1 motor KTM pun yang bisa masuk 10 besar di tes Sepang.
Pol Espargaro yang kembali ke tunggangan RC16 setelah 2 tahun bersama Honda menjadi pembalap RC16 tercepat ke 13, lebih baik 1 tingkat dari Binder.
Di hari terakhir tes Sepang, Binder sibuk menguji coba fairing diffuser yang mirip seperti Ducati, namun karena dia menguji banyak kombinasi setup yang berbeda, membuat Binder tidak begitu yakin, mana yang lebih baik dan mana yang lebih buruk. Data yang dikumpulkan Binder ini nantinya akan dianalisa lebih lanjut mana yang terbaik sebelum tes di Portimao nanti.
Sementara rekan setim Binder, Jack Miller merasa motor RC16 lebih sulit ditaklukan. Miller berada di urutan 18 terpaut 1 detik dari Marini.
Miller mendedikasikan waktunya di tes Sepang lalu untuk beradaptasi pada motor dan menemukan pengaturan geometri dan keseimbangan yang pas pada motor RC6. Miller juga mencari cara bagaimana supaya motornya bisa menikung lebih baik di tengah tikungan, sehingga dia bisa berakselerasi dengan cepat di lintasan lurus.
- Yamaha YZR M1
Yamaha mengalami masa sulit di MotoGP belakangan ini, ditandai dengan hanya satu gelar juara dunia yang diraih lewat Fabio Quartararo dalam tujuh tahun terakhir. Keterpurukan ini memicu Yamaha untuk melawan balik di 2023 ini.
Pada tes pertama di hari Jumat, Quartararo mengatakan bahwa dia menguji coba lebih banyak komponen dari hari lainnya.
Yamaha memang membutuhkan 2 hal penting untuk menghadapi musim 2023; yang pertama top speed, agar Yamaha M1 paling tidak bisa mengimbangi Ducati dan Aprilia. Dan yang kedua aero downforce. Di beberapa musim terakhir Yamaha M1 memang minim sekali memasang aero downforce karena power dari mesin inline Yamaha belum mampu mengatasi hambatan angin yang diciptakan dari aero.
Oleh karena itu, tenaga mesin menjadi lebih penting saat ini karena dengan memiliki horsepower yang kuat maka bisa melaju lebih cepat di lintasan lurus sekaligus di tikungan.
Yamaha M1 2023 tentu saja berhasil menghasilkan tenaga lebih dari sebelumnya. Di hari kedua tes Sepang, Yamaha M1 hanya kalah 1 km/jam dari Ducati, namun di hari ketiga saat Quartararo fokus pada motor yang dipasangi fairing diffuser untuk pertama kalinya, top speed Yamaha kalah 3 km/jam.
![](https://www.startinggrid.id/wp-content/uploads/2023/02/Capkkture.png)
Meski begitu Quartararo secara umum menyukai fairing diffuser ini, yang mana ini meningkatakan grip motornya di tikungan lambat. Quartararo juga sangat senang dengan kecepatannya dengan ban bekas, dengan kata lain performa race pacenya impresif dengan ban bekas.
Namun, Quartararo mendapati masalah yang tak terduga. Quartararo tidak bisa mengeluarkan kecepatannya dari ban baru, dan malah jadi lebih lambat 1 detik dari yang dia harapkan. Keadaan ini membuat Quartararo berada di urutan bawah dalam tabel pembalap tercepat.
Sementara itu rekan setim Quartararo, Franco Morbidelli telah berusaha mengubah gaya balapnya lebih agresif lagi seperti Quartararo dalam beberapa bulan terakhir. Lap time Morbidelli cukup bersaing di jajaran pembalap top pada hari pertama, namun juga kesulitan ketika melakukan time attack dengan ban baru.