MotoGP merupakan kompetisi balap yang memiliki banyak peminat di seluruh dunia. Keberhasilan gelaran balap MotoGP disetiap serinya tak lepas dari dukungan berbagai faktor. Salah satunya adalah teknologi. Ya, bukan menjadi hal yang baru jika motor para pembalap MotoGP dilengkapi dengan beragam teknologi yang terpasang pada motor.
Masing-masing teknologi tersebut memiliki fungsinya tersendiri untuk menciptakan motor yang kompetitif dan dapat bersaing di lintasan untuk meraih banyak kemenangan disetiap serinya. Kecanggihan teknologi tersebut akan terus berkembang dengan inovasi baru yang membantu performa motor semakin meningkat dari tahun ke tahun. Tak heran jika kini Top Speed motor dapat mencapai 362 km/jam, seperti yang ditorehkan Johann Zarco pada sesi Free Practice 4 GP Qatar tahun lalu.
Rekor ini bahkan jauh melampaui apa yang didapatkan Casey Stoner pada 2007 dimana rekor Top Speed dipegangnya saat itu bersama Desmosedici GP7 dengan kecepatan tertinggi 323 km/jam. Jika dibandingkan, maka akan terlihat selisih 39 km/jam dalam kurun waktu 14 tahun lamanya. Ini menandakan bahwa setiap musim, motor para pembalap mengalami peningkatan kecepatan yang signifikan.
Dan itu dapat terwujud berkat kemajuan teknologi pada motor. Nah berbicara teknologi, tak lengkap rasanya jika tidak membicarakan awal mula para pembalap bisa menorehkan kecepatan yang begitu kencang di lintasan. Dan semua itu bermula ketika motor pertama kali dihidupkan. Ini adalah proses awal yang dilakukan ketika balapan akan dilangsungkan.
Menarik untuk disimak, bagaimana motor-motor 1000cc itu dihidupkan di Paddock? Apakah ada alat khusus yang diperlukan untuk menghidupkan mesinnya? ataukah ada tombol Electric Starter seperti pada motor produksi massal? Untuk memahami informasi lengkapnya, mari kita simak bersama pembahasannya berikut ini.
Cara Menghidupkan Mesin Motor Di MotoGP
1. Menggunakan Starting Block/Roller Starter
Motor di MotoGP tidak menggunakan Electric Starter seperti motor-motor yang dipakai untuk aktivitas sehari-hari. Untuk menghidupkannya, diperlukan perangkat bantuan seperti Starting Block/Roller Starter. Starting Block adalah alat khusus yang dilengkapi dengan sebuah roda dan berfungsi untuk menghidupkan mesin motor. Banyak varian dari perangkat yang satu ini.
Komponen utama alat ini adalah adanya dua roller yang digerakan dengan belt. Roller digunakan agar ban bisa mendapatan traksi. Cara kerjanya adalah dengan menaikkan roda belakang motor, kemudian menempelkannya pada Starting Block.
Lalu memasukkan gigi 1 dan tuas kopling ditarik. Ketika Starting Block dinyalakan, maka roda pada Starting Block akan mulai berputar. Ketika terjadi gesekan dengan ban belakang motor, maka tuas kopling dilepas dan mesin pun akan menyala. Biasanya metode ini dipakai ketika akan keluar Pitlane dari garasi.
2. Menggunakan Crankshaft Starter
Sistem penyalaan mesin motor dengan Crankshaft Starter pertama kali digunakan oleh kubu tim berkelir merah, Ducati yang kemudian diikuti oleh Yamaha pada sesi tes pramusim MotoGP 2016 di sirkuit Valencia. Untuk menghidupkan motor dengan cara ini, diperlukan perangkat khusus yang berbentuk seperti pistol dan dimasukkan ke Crankshaft atau kruk as.
Alat semacam ini sebenarnya lazim digunakan untuk balap mobil seperti Formula 1. Namun baru mulai dipakai untuk kelas MotoGP pada 2015. Dan Ducati lah sebagai pelopor pertama penggunaannya di MotoGP. Bagaimana cara kerja alat ini?
Jika pada Electric Starter prosesnya dimulai dengan membuat piston bergerak untuk menghisap campuran udara dan bahan bakar kedalam ruang pengapian, kemudian memampatkannya hingga dibakar oleh percikan listrik dari busi/Spark Plug, hingga mesin menyala, maka Crankshaft Starter memiliki cara kerja yang berbeda. Crankshaft Starter akan bekerja seperti dinamo starter eksternal bertorsi tinggi.
Batang shaft pada alat ini dimasukkan pada blok untuk memutar kruk as hingga berputar dan terjadi siklus pertama dan kedua, dimana bahan bakar dan udara terhisap dan dimampatkan dan kemudian dibakar oleh percikan bunga api listrik dari busi. Hasil pembakarannya akan menciptakan siklus ketiga, yakni mendorong piston turun kebawah dan terjadilah siklus Exhaust sampai mesin menyala.
3. Push Starter
Start dorong/Push Starter adalah alternatif lain untuk menyalakan mesin motor di MotoGP. Biasanya cara ini hanya dipakai dalam kondisi darurat, seperti ketika motor terjatuh di lintasan. Untuk melakukannya, dibutuhkan bantuan, misalnya dari para Marshall untuk mendorong motor agar mesin dapat hidup kembali.
Prinsip kerjanya sama dengan Roller Starter, hanya saja jika pada Roller Starter, roda belakang diputar dengan alat khusus, maka untuk Push Starter ini roda berputar setelah didorong dari belakang. Cara ini hanya bekerja jika setelah Crash, mesin tidak mengalami kerusakan parah atau suhunya menjadi dingin.
Dengan metode ini, tahapan awal dimulai dengan pembalap yang menekan tuas kopling. Ketika roda mulai berputar, tuas kopling dilepas agar mesin dapat menyala. Untuk memakai cara ini tidaklah mudah. Terkadang pembalap perlu menekan motor kebawah dengan cara menggenjotnya dengan kencang. Tujuannnya adalah agar terjadi friksi dengan bidang datar sehingga traksi ban ke aspal lebih besar.
Ini penting karena motor balap didesain dengan bobot yang ringan. Jadi tidak ada beban tambahan di bagian belakang. Bisa saja terjadi kemungkinan mesin motor tidak mau menyala akibat kurangnya traksi pada ban belakang. Oleh karena itu pembalap sering menggenjot bagian belakang motorya agar bisa memberikan tekanan pada ban hingga daya cengramnya lebih besar.
Mengingat motor di MotoGP memiliki kompresi yang tinggi, maka traksi pada ban saat menghidupkan mesin menjadi faktor yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses penyalaan mesin tersebut. Di era 500cc, sebelum teknologi banyak berpengaruh pada jalannya balap, para joki kuda besi ini juga menggunakan cara yang sama untuk menghidupkan mesin, yaitu dengan mendorongnya terlebih dahulu di garis start.
Kemudian memasukkan gigi satu hingga mesin motor hidup. Barulah ketika mesin menyala, mereka mulai naik ke motor dan menggeber tunggangannya itu untuk melesat cepat di depan. Jadi bisa dibilang start dorong tersebut adalah metode klasik yang dulu bahkan sudah digunakan di era 70-90an, namun kini tetap dipakai untuk kondisi tertentu saja.
Karena untuk melakukannya juga tidak gampang. Butuh tenaga lebih mendorong motor dengan bobot lebih dari 150 kg. Apalagi jika pembalap tersebut memiliki postur tubuh yang pendek/kecil. Tentunya Push Starter ini akan cukup menyulitkan.