Teknologi balap terus berkembang seiring waktu dan terus menghasilkan kecanggihan fungsi yang lebih baik. Teknologi juga memegang peran khusus dalam peningkatan kemampuan motor dan efektivitas saat balapan. Dengan adanya teknologi, tingkat keselamatan pembalap dapat ditingkatkan dan resiko terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan dapat dikurangi.
Teknologi pun bisa mempermudah pembalap dalam mengendalikan motor mereka sehingga pembalap dapat melaju lebih kencang di lintasan. Namun apakah semua teknologi itu dibutuhkan dalam balap sekelas MotoGP? Valentino Rossi pernah menjelaskan jika teknologi yang terlalu massive dapat membunuh karakter alami pembalap karena pembalap akan lebih mengandalkan teknologi daripada instingnya untuk mendapatkan hasil terbaik saat balapan.
Jika motor tidak terlalu bergantung pada teknologi, maka pembalap dapat memaksimalkan potensinya hingga 90%. Ini pernah terjadi di era 2tak (500cc), dimana pembalaplah yang menentukan sebaik apa dia menjalani race. Pembalap yang memimpin di depan tidak menjamin akan terus bertahan hingga garis finish.
Kesalahan mungkin saja terjadi dan membuatnya drop ke belakang, kemudian kembali berusah mengejar ke depan dan mendapatkan posisinya lagi. Kejadian maju mundur dan pergantian posisi pembalap berkali-kali itulah yang menjadi daya tarik utama balapan. Namun MotoGP memang tak bisa lepas dari teknologi.
Teknologi membuat motor lebih baik dan presisi dalam menentukan berbagai hal ketika race yang sangat membantu dalam menganalisa kelemahan motor yang dapat di tingaktkan lagi di masa depan. Perubahan teknologi sangat terasa berbeda di MotoGP sejak musim kompetisi 2015 berakhir dan berganti ke tahun 2016.
Ada banyak yang berubah di tahun 2016 dan itu menjadi bagian dari dinamika balap di MotoGP yang terus mengalami fluktuasi menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan teknologi. Lalu apa yang berbeda setelah tahun 2016 di MotoGP? Seberapa besar perubahan itu mempengaruhi jalannya kompetisi balap?
Perubahan Rule Yang Signifikan Di MotoGP
Dorna telah membuat gebrakan baru di tahun 2016 yang lalu dengan mengubah regulasi balap tentang penggunaan elektronik dengan membuat penyeragaman ECU yang hanya memperbolehkan tim-tim balap untuk menggunakan ECU Magneti Marelli, termasuk hardware dan softwarenya. Selama dekade terakhir, keberadaan perangkat elektronik memegang peranan penting, bahkan bisa disebut telah mengatur banyak aspek pada motor.
Dengan kata lain perangkat yang meliputi Traction Control, Anti Wheelie, Engine Brake Control dan Launch Control bekerja ekstra keras dibandingkan pembalap itu sendiri saat balapan. Kebanyakan Rider tidak menyukai ini karena meski perangkat itu membuat motor menjadi lebih efektif, efisien dan konstan selama race, namun pembalap akan merasa jika keseruan balap menjadi banyak berkurang.
Dorna pun sebetulnya tidak senang jika itu berpengaruh buruk bila pace pembalap selalu konstan dan sama, yang artinya semakin sedikit aksi overtake dan mengurangi daya tarik dalam balap hingga bisa berimbas pada berkurangnya orang yang menonton MotoGP dan secara langsung berakibat pada finansial dan keuntungan Dorna yang juga akan berkurang.
Traction Control akan selalu menjadi kontroversi di MotoGP. Biasanya fans lebih senang melihat pembalap mengatur gas dengan instingnya dan melakukan sliding dengan ban belakang.
Apa Yang Terjadi Di MotoGP Setelah Tahun 2016
Kepala mekanik Aprilia, Romano Albesiano menjelaskan bahwa Traction Control dapat menghindarkan pembalap dari insiden Highside, namun di sisi lain juga membuat balapan tidak natural karena Traction Control di program untuk memberikan data 25 sektor per lap. Dengan data ini para mekanik dapat mengetahui berapa banyak torsi yang dapat dipakai untuk mengendalikan putaran ban di setiap tikungan.
Ini membuat pembalap bisa berkendara lebih mudah, bahkan jika ada gejala putaran ban berlebih, Traction Control dan ECU akan mereduksinya hingga tidak akan terjadi sliding pada ban belakang. Meski baik untuk performa motor, tapi apakah menjalani balapan dengan pace yang diatur konstan sepanjang race itu menarik?
Perbandingan data yang didapat dalam 5 tahun terakhir dengan mengambil sampel GP Losail, GP Silverstone, GP Catalunya, GP Mugello dan GP Asutria menunjukkan perubahan signifikan. Pada 2017, dalam 5 sampel race tersebut terjadi 68 kali pergantian posisi pembalap yang saling melakukan overtake. Sementara di tahun 2021, angkanya menurun menjadi 52 atau 25% lebih sedikit overtake.
Apakah Dorna Akan Menghilangkan Traction Control?
Menyaksikan pembalap melakukan sliding memang menjadi tontonan menarik bagi penikmat balap MotoGP. Namun Dorna tidak punya rencana untuk mundur ke belakang dan menghilangkan Traction Control ini. Lewat direktur teknologi Dorna, Corrado Cecchinelli, Dorna mengungkapkan bahwa mereka tau apa yang di inginkan penonton, melihat motor sliding dan menghasilkan asap.
Tapi bagi Dorna, periode itu telah berlalu dan mereka selalu menatap ke masa depan dengan mengikuti perkembangan teknologi. Jadi tidak mungkin untuk kembali ke masa lalu, apalagi Traction Control ini banyak berguna untuk mendekatkan gap antar pembalap dan mengurangi insiden yang mungkin saja muncul akibat kesalahan pembalap saat race.
Pendapat Stoner Tentang Traction Control
Tidak sependapat dengan cara berpikir Dorna yang hanya mementingkan teknologi, Stoner pun sempat mengutarakan pendapatnya tentang MotoGP era sekarang. Elektronik sebaiknya dikurangi agar pembalap bisa memaksimalkan potensi motornya dan membuat kesalahan-kesalahan karena perilaku dan keputusannya sendiri diatas motor.
Itu lebih natural dibanding balapan yang telah di program agar hanya sedikit terjadi kesalahan. Juara dunia MotoGP 2 kali itu lebih suka melihat pembalap melakukan sliding, bermasalah dengan grip ban dan menemukan irama balapnya untuk recovery setelah tertinggal di belakang. Stoner juga berharap kemurnian balap bisa kembali lagi seperti dulu.
Dibanding terus meningkatkan kemampuan elektronik, Casey lebih menyukai aerodinamis. Memaksimalkan performa motor dengan aerodinamis, seperti winglet. Motor yang sempurna dan terlalu balance dari semua sektor justru tidak menarik bagi Stoner.
Dorna harus berhati-hati dalam menjalankan peraturan penggunaan elektronik mereka, karena tiap tahun MotoGP bergerak ke arah “dikendalikan ke arah sempurna” yang tidak alami dan cenderung mulai membosankan. Dorna juga perlu memperhatikan apa yang diinginkan penonton. Seperti apa balapan yang menarik untuk ditonton dan mempertahankan eksistensi keseruan balap di MotoGP.
Mungkin saja di masa yang akan datang akan muncul banyak regulasi baru. Yang pasti Dorna harus mampu menyelaraskan kedua sisi antara kebutuhan penggunaan teknologi dan apa yang bisa membuat MotoGP lebih menarik. Mungkin juga pembatasan dapat dilakukan terkait teknologi mana yang perlu diterapkan dan teknologi mana yang sebaiknya tidak dipakai agar race berjalan lebih kompetitif dan menyenangkan untuk di saksikan.