MotoGP merupakan ajang balap prestisius yang selalu menghadirkan pertarungan seru antar pembalap. Banyak pembalap dunia yang bermimpi untuk bisa masuk dan berkompetisi di ajang balap motor tertinggi di dunia ini. Rider-rider yang menjadi peserta balap di kelas ini bukanlah pembalap sembarangan. Mereka datang dari latar belakang dan kultur yang berbeda-beda, dengan tujuan yang sama.
Meraih gelar juara dunia dan tampil dengan kemampuan maksimal di setiap race. Tidak mudah untuk bisa menembus kelas MotoGP. Ada proses yang panjang yang harus di tempuh seorang Rider untuk bisa masuk di kelas balap 1000cc ini. Rata-rata Rider MotoGP telah memulai berkendara sejak usia yang masih dini (4-5 tahun). Di usia yang masih muda, bahkan terbilang masih kecil itu, mereka telah akrab dengan motor.
Tentunya bukan motor 1000cc, namun Mini Moto dengan kapasitas mesin 50cc sebagai langkah awal mereka menyukai dunia balap. Jika umumnya anak kecil masih belajar naik sepeda roda 3 di usia 4-5 tahun, maka lain halnya para Rider ini. Mereka telah membiasakan diri dengan motor, berlatih setiap hari dan ketika memasuki masa remaja, mereka pun akan ikut dalam kejuaraan balap lokal.
Jika berprestasi, maka jalan menuju kelas yang lebih tinggi (Moto3) pun akan terbuka, sebagai step untuk kemudian mencapai kelas MotoGP. Spanyol dan Italia adalah 2 negara penghasil Rider terbanyak di MotoGP saat ini. Dukungan pemerintah untuk menyediakan arena balap adalah salah satu faktor penting kenapa banyak Rider di MotoGP yang berasal dari kedua negara tersebut.
Sementara untuk negara lain, jumlahnya tidak terlalu dominan. Meski begitu, selalu ada Rider dari negara lain seperti Inggris, Perancis, Amerika, bahkan hingga Asia seperti Jepang dan Malaysia yang berhasil masuk ke level tertinggi di kelas MotoGP. Diantara negara-negara itu, terdapat 1 negara yang jarang terekspos di dunia balap, namun ternyata negara tersebut memiliki andil besar dalam dunia balap.
Negara manakah itu? Republik Ceko. Ya, sangat jarang kita dengar ada nama pembalap MotoGP yang berasal dari Ceko. Sementara mereka juga ikut berkontribusi sebagai tuan rumah balap MotoGP dengan sirkuit kebangaannya, Brno. Namun warga Ceko patut berbahagia di tahun 2011. Pasalnya, Rider asal Ceko, Karel Abraham mampu sampai ke level tertinggi di kelas MotoGP. Siapa Karel Abraham sebenarnya? Bagaimana bisa Rider ini ada di kelas MotoGP?
PROFIL KAREL ABRAHAM
Karel Abraham sebetulnya bukanlah Rider yang tiba-tiba muncul di MotoGP. Pembalap ini juga mengawali karir dari jalur yang sama (125cc) sebelum bisa masuk ke MotoGP. Karel adalah anak dari pemilik sirkuit Brno, Abraham Sr. Datang dari latar belakang keluarga kaya, tidak sulit bagi Karel untuk ikut dalam kejuaraan balap. Tahun 2005 menjadi musim perdananya menjadi professional Rider di kelas 125cc dan tergabung di tim Semprucci Cardion Blauer di usia 13 tahun.
Meski masih terlalu muda, Karel tidak merasa ada yang aneh dengan keputusannya. Baginya semakin cepat masuk ke kelas 125cc, semakin banyak ilmu balap yang di dapatkan. Setelah 2 tahun di kelas 125cc dan merasa tidak ada prestasi mencolok, Karel pun pindah ke kelas 250cc pada periode 2007 di tim Cardion AB Motoracing. 3 musim balap yang dijalani nampaknya tidak terlalu bagus.
Sejak 2007-2009 Karel tak pernah bisa menembus posisi 5 besar. Prestasi terbaiknya adalah finish di urutan 6 pada GP Phillip Island dan GP Valencia 2009. Pada 2010 peruntungan Karel sedikit lebih baik dengan 4 kali masuk 5 besar dengan podium 3 di GP Motegi dan kemenangan perdananya di GP Valencia 2010.
KIPRAH DI KELAS MOTOGP
Musim 2011, Karel resmi pindah ke MotoGP. Bagaimana bisa itu terjadi? Sedangkan Karel bukanlah Rider juara di kelas Moto2. Disinilah uang berbicara, karena dana melimpah dari sang ayah turut melancarkan karirnya sebagai pembalap. Lagi-lagi Cardion AB Motoracing menjadi tim yang dibelanya.
Namun Karel sempat menyatakan bahwa Cardion sebenarnya bukanlah perusahaan milik ayahnya. Cardion adalah perusahaan yang punya kedekatan dengan keluarga Abraham, sehingga hubungan kerjasama pun terjalin sekaligus menjadi sponsor utama bagi tim Karel Abraham.
KRITIKAN TAJAM DARI RIDER LAIN DI MOTOGP
Kehadiran Karel pun menuai beragam komentar dari beberapa Rider MotoGP kala itu. Salah satunya adalah Casey Stoner. Semua orang tau Karel datang ke MotoGP dengan uang. Tapi jika di lihat lebih jauh, untuk bisa menjadi pembalap MotoGP dibutuhkan banyak dana, dan Karel memiliki itu. Karena memiliki sponsor sendiri, tidak sulit bagi Karel untuk masuk ke MotoGP.
Menanggapi hal ini, Stoner menilai bahwa seharusnya di MotoGP kekuatan uang tidak boleh mengalahkan bakat. Menurutnya masih banyak Rider lain yang lebih layak masuk ke MotoGP ketimbang Karel. Stoner paham betul meski Karel berasal dari keluarga kaya, tapi dia adalah tipe orang yang suka belajar dan pekerja keras. Namun tetap saja, bagi Stoner, Karel baru pantas ke MotoGP jika telah membuktikan dirinya fantastis dengan prestasi.
PENCAPAIAN KAREL ABRAHAM DI MOTOGP
Perkataaan Stoner pada 2011 ternyata benar. Faktanya, Karel kesulitan bersaing di MotoGP. Karel hanya mampu menempati urutan ke 14 klasemen di musim pertamanya di kelas MotoGP. Hasil itu terus menurun, bahkan sejak 2013, Karel lebih sering berakhir di posisi lebih rendah dari 20 di klasemen. 2 musim awal di MotoGP menjadi hasil terbaiknya dengan 2 kali finish di posisi 7 pada GP Jerez 2011 dan GP Valencia 2012.
Karel lebih akrab dengan DNF (Do Not Finish) dan DNS (Did Not Start). Ia tak menampik memang sulit bersaing di MotoGP. Karel sempat berpikir terlalu cepat pindah ke MotoGP. Namun karena dia mendapat dukungan finansial penuh, maka pindah ke MotoGP pun menjadi pilihannya. Di MotoGP, Karel sebenarnya juga belajar tentang cara membalap yang benar, presisi dan memilih Racing Line terbaik.
Lucunya, saat masuk ke MotoGP Karel tidak tau cara memilih Racing Line. Dia belajar dengan cara menguntit Rider lain saat sesi Free Practice untuk mengetahui bagaimana cara memilih Racing Line. Hal ini terkadang menimbulkan kemarahan Rider lain yang terus diikuti Karel. Mereka akan langsung menutup gas ketika tau Karel membuntutinya.
Itu adalah cara terbaiknya belajar, karena Karel ingin bisa lebih cepat di race. Dia selalu mempelajari siapa Rider yang lebih cepat dan lebih lambat darinya di setiap sektor. Walaupun pada akhirnya Karel tidak bisa sampai menembus podium dengan caranya itu.
INSIDEN DENGAN CASEY STONER
Karel Abraham terkenal sebagai rider kalem yang jarang berkonflik dengan pembalap lain. Namun di sesi Free Practice GP Mugello 2011 sempat terjadi sedikit ketegangan antara dirinya dan Casey Stoner. Insiden bermula saat keduanya memasuki Last Corner. Stoner melihat Karel melakukan manuver yang menutup Racing Line-nya. Merasa kesal terhalangi oleh Karel, Stoner pun membalas di tikungan pertama lap berikutnya.
The Aussie Boys itu sengaja melambatkan motornya dan balik menutup Racing Line Karel. Alhasil keduanya bersenggolan hingga mengakibatkan sedikit kerusakan kecil pada motor. Usai tes berakhir, Karel yang tersulut emosi langsung mendatangi Paddock Stoner dan meluapkan amarahnya. Untungnya masalah ini tak berkelanjutan karena tidak lama setelah kejadian itu mereka memutuskan berdamai.
PERGI KE AJANG WORLD SUPERBIKE
Pada tahun 2016, Karel pergi dari MotoGP untuk menjajal kompetisi baru di World Superbike dan mengendarai motor BMW S1000RR. Rupanya di ajang ini tak jauh berbeda dari MotoGP. Karel masih belum mampu berprestasi, bahkan 9 kali Crash dari 26 kali balapan di 13 trek. Jika di MotoGP, Karel sulit bersaing dengan Rossi, Stoner, Lorenzo dan Marquez. Maka di World Superbike, Karel pun tak kuasa melawan sang jagoan WSBK, Jonathan Rea.
COMEBACK DAN PENSIUN DARI MOTOGP
Musim 2017, Karel kembali ke MotoGP dan bergabung dengan tim Pull&Bear Aspar Team yang pada 2018 berubah nama menjadi Angel Nieto Team. Pasca comeback, pencapaian terbaiknya adalah start dari posisi ke 2 di GP Termas de Rio Honda, Argentina 2017.
Kala itu Karel mampu mengungguli Valentino Rossi, Dani Pedrosa dan Maverick Vinales dengan mencatat waktu 1 menit 48,275 detik dan hanya terpaut 0,763 detik dari Pole Position, Marc Marquez. Selepas itu, Rider muslim yang punya gelar sarjana hukum di University of Brno ini tak pernah lagi membuat kejutan di lintasan balap. Di tahun 2019 Karel masih membalap di MotoGP dan berganti tim menjadi Reale Avintia Racing.
Sayangnya itu menjadi tahun terakhirnya berkompetisi di MotoGP. Karel mendapat desakan pensiun dari banyak pihak seperti Dorna, promotor balap di Perancis dan Ducati sendiri. Ducati menginginkan Johann Zarco untuk menggantikan posisi Karel karena dianggap Zarco lebih punya kans untuk meraih hasil terbaik dibanding Karel.
FAKTA DIBALIK PENSIUN-NYA KAREL ABRAHAM
Karel Abraham sebenarnya tidak ingin pensiun di akhir musim 2019. Terlebih lagi informasi itu tidak dia terima secara langsung, melainkan dari email yang dikirim oleh manajer tim Reale Avintia, Ruben Xaus. Xaus sendiri telah mempertimbangkan keputusan itu sejak lama.
Mereka yang ada di tim berusaha untuk menghormati kesepakatan kontrak dengan Karel. Xaus merasa telah memberikan yang terbaik bagi Karel, namun tim tidak mendapatkan imbal balik yang sepadan dengan kerja keras para kru dan mekanik. Xaus pun berujar keputusan itu bukan murni berasal dari keinginannya, namun lebih kepada keinginan pemilik Reale Avintia, Raul Romero.
SISI POSITIF 15 TAHUN BERKARIR DI AJANG BALAP
Dalam 15 tahun berkarir, Karel memang hanya pernah sekali menang di Moto2 musim 2010 dan posisi 10 klasemen adalah puncak prestasinya sebagai professional Rider. Namun tak banyak yang tau bahwa meski Karel datang dari keluarga kaya, ternyata Karel bukanlah orang yang suka menghalalkan segala cara seperti menyuap Factory Team agar mendapat tempat di tim tersebut.
Karel membalap dengan sponsor-nya sendiri dan dia memanfaatkan uang yang dimilikinya untuk menyalurkan passion. Tujuan utama Karel Abraham di MotoGP adalah untuk bersenang-senang dengan hobinya, membalap diatas kuda besi. Baginya, ada sensasi menyenangkan ketika bisa menyalip Top Rider di sesi latihan atau berusaha mengejar mereka saat race.
Adrenalin balap itu yang membuat Karel bertahan lama di MotoGP. Jadi motivasi Karel di MotoGP sebenarnya adalah untuk belajar. Belajar menjadi pembalap professional dan membalap seperti ahlinya. Sejak awal dia tau bahwa sulit untuk bertarung di kelas para juara, MotoGP. Dimana Rider yang masuk ke level itu adalah juara-juara dari kelas 250cc atau Moto2. Sehingga untuk hasil akhir pun Karel tidak terlalu muluk-muluk.