Ban merupakan salah satu komponen yang cukup penting dalam sebuah ajang balap motor. Kesuksesan pembalap dalam sebuah race sangat dipengaruhi oleh kinerja ban yang baik sepanjang race. Ada banyak produsen ban yang telah berkecimpung dalam event balap motor dalam kurun yang lama. Salah satu produsen ban tersebut adalah Dunlop.
Ya, penggemar balap MotoGP di tahun 2000-an pasti masih mengingat era dimana Dunlop masih menjadi supplier ban di MotoGP. Itu adalah zaman dimana MotoGP masih memperbolehkan adanya banyak pemasok ban untuk tim balap. Namun sebenarnya, jauh sebelum era millenial ke 2, Dunlop telah memulai kesuksesannya pada kejuaraan balap motor sejak tahun 1949.
Dimana waktu itu Les Graham menjuarai kelas 500cc pertamanya dengan ban Dunlop. Produsen ban yang bermarkas di Birmingham, Inggris ini juga menjadi pemasok untuk kelas 125cc dan 250cc dan mencetak banyak rekor kemenangan selama bertahun-tahun. Setidaknya Dunlop pernah meraih 17 kali gelar juara semenjak menjadi supplier ban untuk kelas 250cc, sebelum namanya berubah menjadi Moto2 pada 2010.
Perjalanan Panjang Dunlop Di Kelas MotoGP
Cerita manis Dunlop di kelas Moto3 dan Moto2 nampaknya tak bisa terjadi juga di kelas MotoGP. Pada awal era 2000-an, Dunlop sempat mendapat sambutan positif dengan banyak tim yang menggunakan ban tersebut. Tapi sejak era MotoGP 2006, Dunlop kesulitan mendapatkan kepercayaan dari tim-tim balap. Tercatat hanya 2 tim yang menggunakan Dunlop yaitu Pramac d’Antin MotoGP dan Tech 3 Yamaha.
Di tahun berikutnya, hanya tinggal Tech 3 Yamaha yang memakai Dunlop dan mendapat sponsor resmi dari Dunlop sehingga nama timnya berubah menjadi Dunlop Yamaha Tech 3. Setelah musim 2007, Tech 3 Yamaha beralih ke Michelin dan Dunlop sama sekali tak memiliki peminat di MotoGP.
Keputusan pun harus diambil, apakah Dunlop masih akan bertahan di MotoGP atau tidak, mengingat mereka memiliki banyak pengalaman di kelas 500cc dan MotoGP. Setelah melalui proses pemikiran yang cukup pelik, Dunlop pun memilih untuk meninggalkan MotoGP, setelah sekian lama berkiprah di level tertinggi. Dunlop pun hengkang dari MotoGP, meninggalkan segala cerita dan pengalaman berharga di MotoGP.
Selama di MotoGP, prestasi terbaik Dunlop adalah finish di urutan ke 4 GP Motegi 2007 lewat torehan Sylvain Guintoli. Dunlop belum pernah merasakan satu kalipun podium akibat ketatnya persaingan dengan Michelin dan Bridgestone yang ternyata lebih kompetitif dan lebih cepat berkembang karena memiliki banyak data dari para pembalap yang menggunakannya.
Dunlop Menjadi Pemasok Tunggal Ban Untuk Moto2 Dan Moto3
Hilangnya Dunlop di MotoGP, tak semata-mata menghilangkan keberadaan Dunlop sebagai pemasok ban untuk event balap. Buktinya Dunlop masih tetap eksis di kelas Moto2 dan Moto3. Sebelum pergi dari MotoGP, Dunlop memasok ban untuk semua kelas, dan kini mereka hanya ingin berfokus pada kelas Moto2 dan Moto3 saja.
Inilah alasan utama kenapa Dunlop tidak punya rencana untuk comeback di MotoGP. Mereka lebih memilih kelas dibawah MotoGP yang telah terbukti meraih banyak kesuksesan dengan Dunlop. Di kelas Moto2 dan Moto3, Dunlop pun mulai mempromosikan sebuah penghargaan yang dinamai #ForeverForwardAward.
Ini adalah penghargaan bagi pembalap yang paling banyak melakukan aksi overtake selama 1 musim. Andrea Migno sempat terpilih mendapatkan penghargaan ini di tahun 2017 dengan total 137 overtake yang dilakukannya sepanjang 18 kali race.
Teknologi Terbaru Dunlop Mempermudah Pembalap Moto2 Dan Moto3
Dunlop memperkenalkan temuan mutakhir mereka dengan memberikan identifikasi khusus pada ban yang digunakan. Perangkat baru ini telah dilengkapi Data Logger Wireless yang dikirimkan dari RFID. RFID atau Radio Frequency Identification adalah chip yang ditanam didalam ban pembalap. Ukurannya sekitar 1 cm dan dapat memancarkan gelombang radio kepada receiver.
Chip dalam ban tersebut berisi data lengkap tentang ban dan memiliki nomer seri yang unik serta kode yang berbeda untuk setiap ban. Dengan perangkat ini, tim analis akan lebih mudah memantau bagaimana kinerja ban dan memperoleh data yang presisi, seperti pengecekan seberapa lama dan jauh ban tersebut telah digunakan.
Dengan sistem kerja itu, keselamatan pembalap dapat lebih terjaga karena tim akan tau bagaimana tingkatan keamanan ban yang telah dipakai itu. Detail data yang diberikan juga membantu para teknisi dalam menemukan kendala teknis yang berkaitan dengan ban, untuk kemudian di evaluasi dan diperbaiki ke depannya.
Meski memiliki banyak keunggulan, Data Logger RFID Dunlop masih perlu dikembangkan lebih lanjut karena belum mampu menyajikan data secara Real Time. Data harus dikumpulkan terlebih dahulu secara menyeluruh/pembalap menempuh semua lap saat race, barulah ketika pembalap kembali ke Pit, data yang telah terkumpul itu akan ditampilkan pada Data Logger Wireless.
Apakah Dunlop Benar-Benar Tidak Akan Kembali Ke MotoGP?
Dalam waktu dekat itu tidaklah mungkin. Dunlop sudah nyaman di zona mereka, Moto2 dan Moto3. Kembali ke MotoGP adalah pilihan yang sulit, apalagi mereka memiliki catatan yang kurang fantastis di MotoGP. Namun tidak menutup kemungkinan jika Dorna meminta mereka kembali untuk alasan tertentu di masa depan, karena regulasi balap di MotoGP senangtiasa berubah seiring waktu.
Jadi semua kemungkinan bisa saja terjadi, seperti kisah Michelin yang pada akhir 2008 mundur dari pentas balap MotoGP. Namun di tahun 2016 mereka mampu kembali lagi dengan semangat baru dan teknologi ban yang lebih canggih. Bahkan kini Michelin telah mendapat tempat tersendiri hingga memperoleh kontrak hingga musim 2026.
Hal semacam itu bisa saja terjadi pada Dunlop, mengingat mereka juga punya andil besar dalam kesuksesan para pembalap Moto2 dan Moto3 yang nantinya akan berlabuh di MotoGP saat waktunya telah tiba. Bila Dunlop mampu menyesuaikan ban produksi mereka dengan kebutuhan Dorna, maka pintu untuk kembali ke MotoGP akan terbuka kembali. Hanya waktu yang akan menentukan. Kita tunggu saja bagaimana gelaran balap MotoGP di masa yang akan datang akan bergulir.