Brazil adalah negara berkembang. Sebagai negara berkembang, Brazil agak ‘beda’ dalam hal jumlah pembalap Formula 1 secara kualitas. Brazil bukan negara makmur atau modern, bukan pula yang produsen mobil, seperti halnya Italia, atau Inggris.
Kalau dibilang soal kultur, belum ada sejarah tim formula 1 yang berbasis di Brazil. Pembalap Brazil pun bukan pembalap sembarangan. Banyak diantaranya juara dunia. Ayrton Senna, Nelson Piquet, Felipe Massa adalah contoh dari sekian pembalap Brazil yang akan kami sajikan dalam pokok bahasan kami.
Sebelum F1 modern, jauh-jauh hari sebelumnya ada sebait nama bernama José Carlos Pace. Nama José Carlos Pace pun diabadikan untuk nama sirkuit balap mereka. Walau pada akhirnya Sirkuit itu lebih terkenal dengan sebutan Interlagos.
Selain pembalap hebat, Brazil juga punya sirkuit yang tiap tahun di pakai untuk balapan, sampai sekarang.
Lantas faktor apa yang membuat Brazil bisa melahirkan banyak pembalap?
Jawaban yang paling masuk akal adalah kecintaan orang-orang Brazil terhadap Formula 1, karena adanya sirkuit (Interlagos) yang sudah berusia tua. Yup, sirkuit itu di bangun pada tahun 1938, dan diresmikan pada tahun 1940. dari kebiasaan nonton balap masyarakat Brazil itulah yang pada akhirnya memupuk kcintaan warga Brazil terhadap olahraga mahal ini.
Ditambah lagi, anak-anak orang kaya disana yang orang tuanya mau memodali dan mengijinkan anaknya untuk terjun ke dalam dunia balap Formula 1. Ayrton Senna adalah salah satu anak tuan tanah yang sejak kecil di bina orang tuanya untuk menekuni olahraga yang kelak membuat namanya berkibar meski pada akhirnya Senna harus menutup usia di olahraga ini.
Baiklah, sekarang saatnya membahas satu persatu pembalap Brazil.
![](https://www.startinggrid.id/wp-content/uploads/2022/04/senna-motorsport.jpg)
Ayrton Senna.
Berbicara tentang pembalap Brazil, pasti ingatan kita langsung kepada sosok yang dianggap pahlawan di negerinya ini. Kendati Senna tak ikut berjuang memperebutkan kemerdekaan negerinya, tapi setidaknya kiprah Senna mendedikasikan hidupnya untuk Brazil melalui yayasan Senna ( Senna Foundation) yang sekarang di kelola oleh keluarga Senna. Sampai sekarang Yayasan tersebut mengumpulkan dana dari hasil penjualan merchandise yang keuntungannya di sumbangkan untuk anak-anak yang membutuhkan. Baik itu untuk kehidupan yang lebih baik, untuk biaya pendidikan, untuk biaya pengobatan dan lain sebagainya.
Dari kecil Senna lahir dari keluarga yang berada dan tak pernah mengalami kesusahan ekonomi, tapi hal tersebut tidak membuat Senna lupa akan nasib bangsanya. Seperti kita bahas pada permulaan, bahwa ekonomi negara Brazil belum begitu bagus juga. Dan sebagai negara berkembang, tentu masih banyak ketimpangan sosial sana-sini.
Senna lahir di Sao Paulo, Brazil, pada 21 maret 1960.
Kecintaannya pada dunia balap di wujudkan dengan mengawali karier di Gokart pada usia dini. Setelah merasa cukup punya bekal keahlian membalap Gokart, pada tahun 1981 Senna pindah ke balapan Open wheel yang lebih besar. Dua tahun kiprahnya, Senna memenangkan kejuaraan Formjla Three Inggris.
Karier Senna yang moncer di Formula Three rupanya menarik perhatian bos-bos tim besar kala itu. Tak kurang empat tim besar sempat ngelirik Senna. Mereka adalah Mclaren, Williams, Brabham, Toleman, dan Lotus. Senna menjalani test bersama tim Williams yang luar biasa di Sirkuit Donington Park, Inggris. Sebanyak 40 laps di lahap Senna dengan catatan waktu yang luar biasa. Sirkuit sepanjang 3.149 kilometer tersebut dituntaskan dengan catatan waktu yang bahkan lebih baik dari keke Rosberg yang merupakan juara dunia 1982. sayang sekali, saat itu tidak ada lowongan pembalap. Tidak di Williams, tidak pula di Mclaren. Untuk tahun 1984, sudah penuh.
Sebenarnya, Peter Warr, bos Tim Lotus saat itu menginginkan Senna menggantikan posisi Nigel Mansel. Tapi sponsor uatama mereka, Imperial Tobacco, menginginkan pembalap Inggris.
Setelahnya, Senna menjalani test bersama Brabham di Sirkuit Paul Ricard, Perancis. Tapi sekali lagi, kehadiran Senna di Tim milik Bernie Ecclestone terganjal Term and Condition Sponsor utama, Parmalat, yang menginginkan pembalap Italia.
Akhirnya, dengan bantuan Rory Byrne, seorang Engineer Legend yang saat itu bekerja untuk Toleman, Senna bisa masuk tim Toleman.
Lalu jadilah musim 1984 Senna mengawali debut bersama Toleman-Hart dan memulai musim di kandangnya sendiri di posisi 17. Sayang, balapan itu musti berakhir di lap 8 karena mesinnya jebol.
Setahun kemudian Senna pindah ke Lotus. Disini Senna berhasil membuktikan dirinya, bahwa Lotus tidak salah pilih orang. Kemenangan pertama di raih Senna di GP Portugal.
Dua tahun berada di tim ini, Senna hengkang ke Mclaren. Sebuah tim yang kelak mengibarkan namanya ke seantero bumi bahwa dia layak dapat julukan sang legenda. Hubungan dengan Honda selama di Lotus, membuat beberapa engineer Honda memperlakukan Senna secara ‘beda’ dibanding Alain Prost.
Tiga kali meraih juara dunia disini, Senna hengkang ke William pada tahun 1994. Dan disinilah karier dan hidup Senna berakhir ketika peristiwa kecelakaan di Sirkuit Imola pada tanggal 1 Mei tahun 1994. Setelah peritiwa Senna, setiap mobil Williams di bubuhi inisial nama Senna di bagian Nose, letaknya agak tersembunyi.
Dari tahun 1995, pada 2022 akhirnya inisial dan logo Senna di hapus. Jost Capito, Bos Williams mengungkapkan, bahwa mereka ( Williams ) sengaja menghapus nama Senna pada mobil williams sebagai upaya move on.
Toh, kalau kami sebagai warga Brazil, tak akan pernah move on dengan sebait nama Ayrton Senna da Silva.
![](https://www.startinggrid.id/wp-content/uploads/2022/05/Piquet_a_Monza_1983-Zocchi-Massimiliano.jpg)
Nelson Piquet
Jauh-jauh waktu sebelum Senna merajai sirkuit Formula 1, ada seorang pria Brazil yang terlebih dulu memulai debut dan menjadi kampiun selama tiga kali.
Dialah Nelson Piquet. Lahir pada 17 Agustus 1952, Piquet merupakan ayah dari Kelly Piquet, kekasih Max Verastapen. Yang unik, sebelum terjun ke dunia balap, Nelson Piquet memulai kariernya sebagai atlit tennis.
Tapi tak lama menekuni olahraga itu, Piquet banting haluan ke balapan Gokart. Karier Piquet di Gokart terbilang moncer. Hal ini dibuktikan dengan kemenangan pada kejuaraan Gokart pada Brazilian Gokart Championship pada 1971 dan 1972.
Modal kemenangan di Gokart dipakai Piquet sebagia suntikan rasa percaya diri untuk melangkah ke balapan di kelas yang lebih tinggi, yaitu Formula Vee, atau lebih dikenal sebagai Formula Volksagen. Setelah menang di kancah ini pada tahun 1976, atas saran kompatriotnya, Emerson Fittipaldi, Piquet pergi ke daratan Eropa untuk mencari peruntungan baru di ajang Formula 3.
Sukses di ajang ini pada 1978, lalu Piquet mulai mencoba ajang bergengsi Formula 1. Awalnya berada di Tim Ensign. Sebuah tim yang berbasis di Burntwood, Inggris.
Dan tim ini dipakai sebagai batu loncatan ke tim Brabham pada tahun 1979. Dua tahun berada di Brabham tepatnya 1981, Piquet meraih gelar juara dunia pertamanya. Dua tahun kemudian, Piquet mempersembahkan kemenangannya sekali lagi untuk Brabham. Kemenangan ini sekaligus kemenangan terakhir buat Brabham, tapi tidak buat Piquet. Karena pada tahun 1987, Piquet mengulang kisah suksesnya bersama Williams.
Dan tahun ini adalah tahun terakhir Piquet di Williams, sekaligus tahun terakhir kemenangannya. Musim berikut Piquet loncat ke Lotus selama dua musim, yaitu 1988 sampai dengan 1989. Tapi rupanya Liquet musti mengakui, bahwa seorang Brazil lain lebih kencang darinya dengan mobil Mclaren-nya. Dia adalah Ayrton Senna.
Setelah dua musim di Lotus, Piquet hengkang ke Benetton. Mengakhiri karier di Benetton, kemengan terakhir sempat di rengkuhnya saat GP Kanada. Akhirnya tahun 1991 menjadi tahun terakhir Piquet di Formula 1. Diketahui, Piquet juga sebagai mentor buat penerusnya di Benetton kelak, Michael Schumacher.
![](https://www.startinggrid.id/wp-content/uploads/2022/05/Emerson_Fittipaldi_SP_Indy300_2011-Iva-rpm.jpg)
EMERSON FITTIPALDI
Berbicara soal pembalap Brazil yang menjadi juara dunia pertama, Emerson Fittipaldi lah orangnya. Fittipaldi menjurai Formula 1 pada tahun 1972.
Karier Emerson, selanjutnya kita sebut begitu, karena saat itu ada dua Fittipaldi di Formula 1, yaitu Emerson Fittilapdi, dan Wilson Fittipaldi, dimulai bersama tim Lotus pada tahun 1970. Saat itu Lotus memang sedang berada di puncak. Ibarat kata, tim elit papan atas. Tak buth waktu terlalu lama buat Emerson untuk meraih gelar juara dunianya. Dua tahun berselang di tim milik Colin Chapman ini, Emerson langsung mengukuhkan dirinya sebagai orang Brazil pertama yang bisa menjuarai Formula 1.
Apakah Emerson dan Wilson bersaudara? Ya, betul! Dan Wilson adalah kakak dari Emerson.
Hengkang dari Lotus, Emerson memutuskan untuk membalap di Mclaren. Di tim asal Woking ini Emerson kembali menorehkan sukses dengan menjurai musim 1974. Tahun berikutnya, secara mengejutkan Emerson mengumumkan akan hengkang di tim Fittipaldi Automotive. Sebuah tim yang didirikan pada musim 1974 oleh Wilson Fittipaldi.
Setelah lima musim berada di Fittipaldi Automotive, akhirnya Emerson memutuskan pensiun pada tahun 1980. Balapan terakhir yang diikuti adalah GP Amerika.
Setelah hengkang dari Formula 1, Emerson masuk ke CART. Sebuah balapan Open Wheel khas Amerika.
![](https://www.startinggrid.id/wp-content/uploads/2022/05/rubens-kompas-otomotif.jpg)
Rubens Barichello
Lahir pada tanggal 23 Mei 1972, pria yang akrab disapa sebagai Rubinho ini mengawali kerier di Formula 1 pada tahun 1993, dan mengakhiri karier di tahun 2011. Sama dengan Senna, Rubinho mengakhiri akrier pun bersama Williams.
Bedanya, kalau Senna mengawali di Toleman, maka Rubinho mengawali di tim milik Eddie Jordan. Sepanjang kariernya, Rubinho tidak pernah juara sama sekali. Bukan berarti tidak hebat, bukan. Bukan pula dia berada di tim medioker. Setidaknya dia pernah berada di tim ‘super’ asal Maranello, Scuderia Ferrari, selama lima tahun!
Tapi selama lima tahun itu Rubinho dikontrak bukan untuk menang. Rubinho di tim ini seolah hanya sebagai pelengkap tim, bahkan hanya untuk membantu kemenangan Michael Schumacher, rekan setimnya.
Beberapa insiden menunjukkan, betapa tidak adilnya Ferrari memperlakukan Rubinho. Kejadian yang paling mencolok adalah ketika di GP Austria 2002. Hanya beberapa ratus meter sebelum garis Finish, Rubinho yang saat itu sedang memimpin balapan, di perintahkan untuk melambat dan memberi jalan kepada Schumy.
Ada banyak hal yang membuktikan bahwa Rubinho pembalap yang sangat berbakat. Dari awal karier di Formula 1, Rubinho sudah sangat impresif.
Masuk Jordan pada 1993, debutnya di barengi dengan lahirnya tim baru asal Swiss, Sauber.
Mengawali balapan pada GP Afrika, pada putaran ketiga musim 1993 di Sirkuit Donington Park pada GP Inggris, Rubinho yang start pada posisi 12 merangsek maju dan bertengger di posisi 4. Alain Prost dan Damon Hill pun di babat habis hingga membuatnya meraih P2. Tapi sayang, dia kehabisan bahan bakar. Yahhh….
Tiga tahun berada di Jordan, Rubinho hengkang ke Stewart, sampai pada tahun 1999, untuk selanjutnya Rubinho hadir melengkapi segala drama yang pernah terjadi di tim merah asal Maranello.
Sstelah lima tahun kiprahnya di Scuderia Ferrari, Rubinho hijrah ke Honda berpasangan dengan Jenson Button.
Ketika pada 2008 Honda menyatakan mundur dari kancah Formula 1, tim tersebut di beli oleh Ross Brawn, mantan engineer di Ferrari yang melanjutkan karier di Honda, dan akhirnya membeli tim asal negeri Sakura dan menggantinya dengan nama BrawnGP.
Kendati tim berganti nama, Rubinho tetap bersama Button di tim.
Dan tahun 2009 merupakan tahun keemasan dan satu-satunya kemenangan buat BrawnGP di tahun pertama sekaligus tahun terakhir kiprahnya, karena pada musim 2010 tim sudah ganti kepemilikan.
Ya, tahun 2009 adalah tahunnya BrawnGP. Dengan penemuannya, double diffuser, BrawnGP berhasil meraih tahta tertinggi konstruktor sekaligus mengantarkan Jenson Button sebagai juara dunia pembalap. Dan Rubinho, Tetaplah menjadi pembalap yang selalu meraih Runner-up di tim, dan meraih juara tiga klasemen akhir.
Mungkin dalam benak Rubinho, ” Whatever! ” yang penting bisa tetap membalap di formula 1. Jadi nomor berapapun terserah nasib. Toh dia sudah melakukan hal-hal terbaik.
Pada akhirnya, Rubbens Barrichello mengakhiri kariernya di Williams setelah menjalani dua musim di tim biru ini.
Setelahnya, tersiar kabar bahwa Rubinho berkarier di Indycat bergabung dengan KV Racing Technology.
Tentu saja selain empat pembalap yang jadi pokok bahasan diatas masih ada sederet nama lagi yang berasal dari Brazil yang berkiprah di Formula 1. Cristiano da Matta, Lucas di Grassi, Pedro Diniz, Maurício Gugelmin, Tarso Marques, Felipe Massa, Roberto Moreno, Felipe Nasr, Antônio Pizzonia, Ricardo Rosset, Ricardo Zonta.
Segitu saja? Tidak! Masih ada beberapa nama lain dari keluarga Fittipaldi, satu nama dari keluarga Senna, yaitu Bruno Senna yang merupakan keponakan Ayrton. Dari keluarga Fittipaldi pun ada beberapa lagi. Tak heran kalau ada yang menyebut bahwa Brazil adalah negeri para pembalap Formula 1.
Lantas, apa yang membuat mereka demikian antusias untuk terjun di kancah jet darat ini? Meski belum ada jawaban yang pasti, tapi disinyalir keberadaan sirkuit Interlagos yang cukup tua jadi salah satu penyebabnya.
Sementara terlontar dari pernyataan Jarno Trulli, mantan pembalap Italia, sponsor menyukai pembalap Brazil, karena Brazil merupakan market yang bagus untuk sponsor.