MotoGP merupakan kompetisi balap level tertinggi yang memiliki banyak penggemar di seluruh dunia. Setiap seri yang berlangsung selalu mampu menyuguhkan persaingan memukau dari aksi pembalap yang saling melakukan overtake untuk berebut tempat tertinggi dan prestasi terbaik di MotoGP.
Dan untuk bisa bersaing kompetitif dibarisan terdepan, diperlukan kemampuan motor yang mumpuni dan tangguh untuk bertarung dengan kompetitor yang semakin meningkat performanya setiap tahun. Salah satu faktor penentu kemenangan pembalap saat race adalah motor. Ya, motor adalah bagian utama dari balapan itu sendiri karena motorlah alat untuk mencapai sebuah kemenangan.
Di MotoGP, tim-tim terbagi menjadi 2 jenis secara umum: Pabrikan dan Satelit, dimana keduanya mempunyai perbedaan yang besar dari sisi manajemen, finansial, hingga performa motor. Tak heran jika sulit bagi tim Satelit untuk merengkuh gelar juara dunia, melihat level motor mereka yang berada dibawah tim-tim Pabrikan. Ini dikarenakan kemampuan kedua motor mereka yang tidak sama.
Motor tim Pabrikan biasanya akan lebih kencang dari motor tim Satelit. Tim Pabrikan selalu menggunakan spek terbaru yang telah mengalami pengembangan dari riset yang panjang. Sedangkan, motor Tim Satelit adalah motor tahun sebelumnya yang dipakai oleh Tim Pabrikan dan tertinggal teknologinya 1 tahun, bahkan bisa juga 2 tahun.
Salah satu kunci kehebatan motor Tim Pabrikan adalah tenaga besar yang dihasilkan dan kestabilan motor saat dipakai untuk balapan. Berbicara soal motor di MotoGP, sebenarnya ada banyak faktor yang menentukan seberapa cepat melaju di lintasan. Salah satunya adalah bobot motor. Sebagai motor balap terbaik, motor yang ikut dalam race harus memenuhi semua persyaratan terkait kelayakan dan keamanannya untuk lomba.
Seperti yang banyak diketahui para pecinta balap, Dorna membuat peraturan terkait dengan motor seperti bobot/berat motor. Ada batasan tertentu yang harus dipatuhi para tim balap agar motor mereka dapat bertarung di lintasan. Batasan tersebut dibuat dengan tujuan tertentu yang sebenarnya akan sangat menguntungkan bagi para pembalap MotoGP.
Lalu kenapa berat motor itu harus dibatasi? Apakah ada pertimbangan khusus dari aspek tertentu hingga membuat Dorna harus mengatur tentang bobot setiap motor di MotoGP? Apa saja alasan Dorna untuk menerapkan pembatasan aturan terkait bobot motor ini? Untuk mengetahui jawaban pertanyaan tersebut, mari kita simak bersama ulasan lengkapnya berikut ini.
Alasan Bobot Motor Di MotoGP Dibatasi
Menyimpan Berat Motor
Motor yang digunakan untuk balap MotoGP dirancang untuk memiliki bobot yang ringan, bahkan lebih ringan daripada motor sport. Untuk bisa membuat motor dengan bobot yang ringan seperti itu diperlukan bahan material khusus untuk motor. Maka dipilihlah Carbon Fiber yang dinilai mampu menghasilkan Fairing yang kokoh namun tetap ringan pada motor.
Seperti yang kita ketahui bahwa semua motor yang berkompetisi di ajang balap MotoGP harus memiliki bobot minimal 157 kg. Aturan ini diberlakukan untuk setiap motor yang turun di kelas MotoGP dengan kubikasi mesin 1000cc. Bobot ini dihitung dari total berat keseluruhan motor (tanpa menghitung berat badan Ridernya).
Jika dilihat dengan teliti, maka motor-motor yang dipakai untuk race di MotoGP tidak akan memiliki kelengkapan seperti spion, lampu motor dan standar. Itu ditujukan untuk mengurangi bobot motor dan menyimpan beratnya agar lebih ringan. Sebab, tanpa perangkat tambahan itu, berat motor dapat berkurang hingga 16 kg.
Yang artinya akan mampu meningkatkan Power to Weight Ratio sampai 60%. Berat motor adalah sebuah hal penting yang dapat berpengaruh besar pada motor. Setiap gram berat komponen motor akan merepresentasikan peningkatan kecepatan pada motor di lintasan. Seperti yang di ungkapkan Colin Chapman, pendiri Lotus Cars Company yang ikut berkompetisi pada gelaran balap Formula 1.
Bahwa peningkatan pada Horse Power akan menambah Speed menjadi lebih kencang di lintasan lurus. Dan pengurangan bobot dapat membantu pembalap untuk lebih mudah bermanuver di tikungan. Jika dibandingkan dengan motor sport, akan terlihat jelas perbedaan kecepatannya dengan motor di MotoGP akibat perbedaan berat masing-masing motornya.
Sebagai contoh adalah Yamaha YZR M1 dengan Yamaha YZF-R1. Motor MotoGP memiliki bobot 157 kg dan menghasilkan tenaga 250 HP atau 0.75 HP per pound dengan top speed 360 km/jam serta akselerasi 0-60 mph dalam 2.6 detik. Sedangkan Yamaha YZF-R1 dengan bobot 199 kg menghasilkan 198 HP atau 0.45 HP per pound dengan top speed 284 km/jam dan akselerasi akselerasi 0-60 mph dalam 2.9 detik.
Peningkatan Performa Motor
Setiap tim balap di MotoGP akan berusaha untuk mencari setingan terbaik bagi pembalapnya di setiap seri untuk meraih hasil yang maksimal. Banyak cara yang akan dilakukan para tim balap untuk meningkatkan performa motor mereka. Setup terbaik akan menentukan seberapa baik performa motor itu di lintasan.
Namun selain itu, motor tersebut juga harus memiliki bobot yang pas agar mampu menghasilkan akselerasi dan kecepatan yang lebih kencang saat balapan. Inilah mengapa Dorna dan FIM selaku federasi tertinggi balap motor internasional, sangat memperhatikan regulasi terkait batas minimum bobot motor untuk peserta balap. Selain lebih cepat, ternyata motor dengan bobot yang ringan juga menguntungkan pembalap ketika bermanuver.
Sebab, semakin ringan motor maka semakin mudah digerakkan untuk melibas berbagai jenis tikungan. Ini dapat memudahkan pembalap meraih top speed dan akselerasi maksimal ketika keluar tikungan hingga berpengaruh pada catatan waktu mereka yang lebih cepat.
Setiap detail bagian motor sebenarnya akan menambah bobot motor itu sendiri, sehingga perlu perhitungan yang matang untuk memasang komponen tambahan, misalnya seperti Aero Fairing atau komponen lainnya yang melekat pada body motor. Setiap part pada motor, terutama yang berada dibagian luar akan menghasilkan gaya drag ketika melaju, karena bagian tersebut akan mendorong udara didepannya.
Dalam dunia balap, drag berbanding lurus dengan luas permukaan. Artinya, semakin luas bentuk permukaan objek, maka semakin besar gaya dragnya. Ini menandakan bahwa semakin berat motor, semakin lambat lajunya akibat terlalu besar mendapatnya gaya drag.
Di sisi lain, ukuran motor yang lebih besar juga akan menimbulkan lebih banyak hambatan ketika udara mengalir pada motor. Ini menandakan jika bobot motor yang semakin berat akan memperbesar hambatan hingga mengurangi kecepatan motor ketika melaju di lintasan lurus.