Kami memilih 20 pembalap terbaik yang berkompetisi pada tahun 2019, dengan menampilkan pembalap dari beberapa macam kompetisi mulai dari MotoGP, Moto2, Moto3, World Superbike, Kompetisi balap tingkat regional dan kompetisi balap lainnya.
- Di urutan ke dua puluh ada pembalap Moto2 asal spanyol Jorge Navarro (baca: Horge Navaro) yang berhasil meraih posisi keempat di klasmen akhir Moto2.
Tidak terpengaruh oleh perlawanan dari pembalap rookie yang tampil sangat bagus Fabio Di Giannantonio sebagai rekan setimnya, Jorge Navarro bersaing ketat bersama dua pembalap Moto2 lainnya untuk memperebutkan gelar juara dunia Moto2, yang akhirnya diperoleh Alex Marquez. Dengan prestasinya meraih delapan kali podium, ini merupakan hasil terbaik bagi pembalap tim Speed Up sejak Andrea Iannone di tahun pertamanya di Moto2 tahun 2010.
Jorge Navarro juga telah mencetak empat kali pole position, tetapi seperti Fabio Quartararo di MotoGP, dia gagal mengubah salah satu dari capaiannya itu menjadi kemenangan. Peluang terbaiknya adalah saat balapan di Silverstone, saat ia kalah dari Augusto Fernandez dalam duel di lap terakhir.
Atas hasil yang lumayan bagus ini, cukup baginya untuk menjadi pertimbangan bagi tim tim MotoGP untuk merekrutnya sebagai calon pembalap di musim 2021. Dan apabila dia bisa menang sekali atau dua kali di Moto2 untuk musim balap 2020, tidak mungkin dia akan diabaikan begitu saja oleh tim tim MotoGP.
- Di urutan ke sembilan belas ada pembalap RedBull KTM MotoGP Miguel Oliveira yang berhasil menjadi pembalap kedua terbaik pabrikan KTM MotoGP.
Sebagai pembalap rookie di MotoGP, Pecco Bagnaia dan Joan Mir adalah pembalap rookie yang lebih menunjukan performa baik selama tes musim dingin, dan potensi Fabio Quartararo bahkan juga terlihat dalam tes di Qatar. Sementara Miguel Oliveira tampaknya ditakdirkan untuk meraih prestasi yang biasa saja di musim perdananya di MotoGP, setelah bergabung dengan tim Tech 3 yang juga baru mengenal motor KTM yang dikenal sulit itu.
Tapi Oliveira menunjukan hasil yang mengesankan di paruh pertama musim ini. Dia memang belum selevel Pol Espargaro, tetapi dia mengalahkan Johann Zarco yang justru sangat kesulitan di KTM, dan sangat lebih baik di banding rekan setimnya Hafizh Syahrin. Bisa Finish ke-11 di balapan keduanya di MotoGP seri di Argentina, merupakan tanda akan datangnya hal-hal mengesankan lainnya dari Oliveira. Dia bisa mencetak poin di lima seri dari sembilan seri balapan sebelum rehat musim panas di 2019, tetapi hasil terbaiknya datang setelah rehat musim panas itu, ketika dia berhasil meraih finish kedelapan di Red Bull Ring, kandang dari KTM.
Dia kemudian mengalami cidera dalam tabrakan di Silverstone, yang disebabkan oleh Zarco, kemudian kecelakaan parah lainnya saat dia tertiup angin kencang sehingga keluar jalur di sirkuit Phillip Island yang memang saat itu dalam kondisi yang mengerikan. Setelah itu, Oliveira tidak menyelesaikan musim 2019 karena cideranya. Tetapi hasil di musim pertama kelas MotoGP ini tidak buruk sama sekali bagi seorang pembalap rookie muda.
- Di urutan ke delapan belas ada pembalap Moto2 Augusto Fernandez yang berhasil menempati urutan ke lima klasmen akhir Moto2.
Saat musim dimulai, ia berada dalam bayang-bayang rekan setimnya Lorenzo Baldassarri, yang mendominasi sejak awal, sementara Fernandez mengalami patah pergelangan tangannya di Argentina dan absen dalam dua balapan karena menjalani operasi. Tapi dia kembali di seri balapan Jerez, seolah-olah tidak ada yang terjadi dan meraih podium pertamanya di Moto2, diikuti raihan podium lagi di seri balapan Le Mans. Tiga seri balapan kemudian di Assen, ia berhasil menang untuk pertama kalinya. Dua kemenangan lagi diraih di Silverstone dan Misano, saat itu ia berada di urutan kedua dalam klasemen, dan hanya tertinggal 26 poin di belakang Alex Marquez.
Kemudian, saat peluang untuk memperebutkan gelar juara dunia masih dalam jangkauannya, ia melakukan kesalahan pertamanya musim ini dengan mengalami kecelakaan di Aragon. Setelah itu, performa Fernandez tidak sama seperti sebelumnya, hanya berhasil finish di lima besar satu kali di beberapa seri akhir musim dan mendapati dirinya dikalahkan oleh Brad Binder, Tom Luthi dan Jorge Navarro dalam perebutan untuk menjadi runner-up di belakang Alex Marquez.
- Di tempat ke tujuh belas ada pembalap Suzuki Joan Mir yang menempati urutan ke 12 klasmen akhir MotoGP.
Di musim pertamanya Joan Mir meraih 92 poin dan menempati posisi ke-12 di klasmen akhir MotoGP. Hasil ini, hampir persis seperti yang diraih Maverick Vinales di musim MotoGP pertamanya di tahun 2015, meskipun dengan Suzuki GSX-RR yang agak kurang kompetitif.
Mengingat hanya ada dua pembalap Suzuki di MotoGP, mau tidak mau patokannya adalah Alex Rins, yang mencetak lebih dari dua kali lipat poin dan dua kemenangan, sementara hasil terbaik Joan Mir adalah finish kelima di Phillip Island. Tetapi sebagai pembalap rookie ia melakukan sedikit kesalahan; jika bukan karena kecelakaan parah di sirkuit Brno, ia akan menyelesaikan setiap balapan yang ia ikuti sejak putaran seri Mugello sampai seri terakhir di Valencia , dan pasti mengakhiri musim balap 2019 dengan masuk 10 besar di klasmen. Di sesi kualifikasi juga, rekor Joan Mir bagus. Ia lebih sering langsung masuk ke Q2 daripada harus ke Q1 dulu. Saat dia pulih dari cideranya, dia bahkan tiga kali mengungguli Alex Rins di sesi kualifikasi dalam enam balapan terakhir, sebuah fondasi yang menjanjikan untuk mempersiapkan musim balap tahun 2020.
- Di tempat ke enam belas ada pembalap MotoGP dari tim LCR Honda, Cal Crutchlow.
Secara statistik, musim 2019 bukanlah musim terbaiknya di MotoGP. Menempati urutan ke kesembilan di klasmen akhir tahun 2019 sama seperti prestasinya di tahun 2017, jauh dari prestasinya seperti di tahun 2013 saat bersama tim Tech 3 Yamaha dengan berada di urutan kelima.
Dengan motor Honda yang semakin diarahkan kepada Marc Marquez, bahkan Cal Crutchlow pun kesulitan dengan motor Honda RC213V. Ia pun hanya meraih podium ketiga di Qatar, lalu ia gagal menemukan podium lagi sampai di seri Sachsenring, sebagian besar hasil yang dia dapat adalah finish di luar 10 besar. Podium kedua di seri balap Phillip Island menjelang akhir musim adalah satu-satunya hasil bagus lainnya, sebelum ia mengakhiri musin 2019 itu dengan gagal finish di Sepang dan Valencia.
- Di tempat ke lima belas ada Peter Hickman, pembalap asal inggris yang sudah memenangkan kompetisi balap jalanan tahunan Isle of Man TT, North West 200 dan British Superbike.
Musim balap jalanan tahun 2019 terbukti menjadi tahun yang penuh kejutan bagi Hickman, ketika ia meraih kemenangan Isle of Man TT pertamanya dan menjadi pembalap jalanan tercepat di dunia. Dengan mengendarai motor BMW S1000RR di kelas Superstock di North West 200 pada bulan Mei, dia juga mempersembahkan kemenangan pertamanya di NW200.
Di kejuaraan British Superbike, meski dengan kekurangan pada motornya yang tidak memiliki spesifikasi balap secara penuh, dia berhasil meraih sekali podium dan menyelesaikan kejuaraan dengan menempati urutan ke enam klasmen.
- Di tempat ke empat belas ada juara dunia Moto3 Lorenzo Dalla Porta.
Dalla Porta menjadi juara dunia dengan marjin kemenangan 79 poin dari rivalnya. Tetapi margin yang besar itu didapat pada saat 5 seri terakhir, mengingat jarak poin Dalla Porta dan Aron Canet hanyalah 2 poin sebelum hasil buruk menimpa pembalap Spanyol itu di lima seri terakhir.
Tetapi Dalla Porta memang layak mendapatkan gelar juara dunia. Pembalap italia ini memang paling konsisten berada di barisan depan balapan Moto3, mengingat dengan banyaknya kecelakaan yang sering terjadi di Moto3, namun tak membendung Dalla Porta untuk selalu memimpin balapan.
- Di urutan ke tiga belas ada pembalap World Superbike asal Turki Toprak Razgatlioglu yang berhasil meraih posisi ke lima klasmen World Superbike.
Performa Razgatlioglu di awal tahun 2019 terbilang masih belum cemerlang. Dari empat seri balapan di awal musim 2019, dia tidak satupun finish di lima besar.
Tapi sejak seri balapan di Imola italia dan seri seri berikutnya performanya sangat menanjak, dengan banyak meraih podium dan kemenangan. Kepercayaan Kawasaki pun terbayar dengan performanya ini.
Di seri balapan Perancis, setelah memulai balapan dari urutan 16, Razgatlioglu berjuang melewati banyak pembalap di depannya untuk mengalahkan sesama pembalap Kawasaki Jonathan Rea di lap terakhir dan akhirnya berhasil menang. Dia mengulangi prestasi ini dalam sprint race, sekali lagi memulai balapan dari urutan 16.
Razgatlioglu mengakhiri musim 2019 di urutan kelima di klasemen akhir, mengumpulkan 164 poin lebih banyak daripada yang dia lakukan di musim debutnya tahun lalu.
- Di urutan ke dua belas ada pembalap MotoGP, Jack Miller yang berhasil meraih prestasi terbaiknya sejak di MotoGP dengan menempati urutan ke delapan di klasmen akhir
Jack Miller mengejutkan banyak pecinta MotoGP, siapa sangka di musim 2019 dia berhasil mengoleksi lima podium. Total dia sudah mendapatkan enam podium, sejak podium kemenangan pertamanya diraihnya kala menunggangi Honda di musim 2016.
Mungkin hasil ini tidak menonjol seperti rekannya di Ducati Danello Petrucci yang meraih kemenangan di Mugello, tetapi rekor Miller versus Petrucci cukup menguntungkan bagi pembalap Australia ini, mengingat statusnya sebagai pembalap satelit. Meskipun Miller sempat empat kali gagal finish dan Petrucci hanya dua kali. Poin yang didapat Jack Miller hanya terpaut 10 poin dari Petrucci.
Hal ini membuat munculnya rumor bahwa performa Petrucci yang semakin menurun di paruh kedua musim 2019 akan digantikan oleh Jack Miller yang performanya semakin baik walau dia hanya sebagai pembalap satelit ducati.
- Di urutan ke sebelas ada pembalap debutan MotoGP, Alex Marquez yang berstatus sebagain juara dunia Moto2.
Di paruh pertama musim 2019 dia berhasil menunjukkan bahwa dia mampu untuk menjadi juara dunia Moto2. Di antara seri balapan ke lima di Le Mans dan seri ke sepuluh di Brno, Alex Marquez memenangkan lima dari enam balapan itu , hasil sempurna itu hanya ternoda oleh kecelakaan yang dia dapat di seri balapan Assen.
Namun performanya ini menurun di paruh kedua musim 2019 ketika dia sudah dinobatkan sebagai juara dunia di tiga seri terakhir, ia bahkan seperti tidak berhasrat lagi meraih hasil podium.
Beruntung bagi Alex Marquez, ketika ada kesempatan untuk bergabung dengan saudaranya di Repsol Honda menggantikan Jorge Lorenzo yang pensiun setelah musim berakhir.
- Di urutan ke sepuluh ada Scott Redding, pembalap Inggirs, yang di musim 2019 dia berhasil menjadi juara di kejuaraan British Superbike.
Setelah masa suramnya di tim Aprilia MotoGP 2018, membuatnya pindah ke kejuaraan British Superbike. Dengan ambisinya yang masih besar dalam meraih kemenangan, dia langsung menjadi juara di kejuaraan itu. Ini membuatnya mendapat kesempatan berkarir di World Superbikes bersama Ducati di musim 2020.
Meskipun harus belajar tentang ban baru, motor yang sama sekali baru dan cara balap yang berbeda di Inggris, Redding yang berjuang untuk memperebutkan gelar Moto2 di 2013 dan Redding berharap menemukan jalannya kembali ke MotoGP apabila prestasinya di World Superbikes cemerlang.
- Di urutan ke sembilan ada Brad Binder, pembalap Afrika Selatan, yang di musim 2019 dia berhasil menjadi runner up Moto2.
Jelas bahwa pembalap KTM ini memiliki bakat dan tekad yang kuat sehingga ia berhasil meraih lima kemenangan di paruh kedua musim balap 2019. Sebelum adanya peningkatan kualitas sasis KTM pada pertengahan musim yang membuat perpaduan sasis KTM dan mesin Triumph kompetitif, hanya Binder,pembalap KTM yang dapat secara konsisten finish di lima besar, dan saat sasis baru ini tiba, hanya Binder yang dapat memutuskan dominasi dari pembalap Kalex di papan atas.
Walau dia gagal meraih juara dunia Moto2 dengan hanya selisih 3 poin dari Alex Marquez, nasib baik kemudian menghampiri Binder. Dia dipilih oleh tim pabrikan KTM MotoGP untuk mendampingi Pol Espargaro, setelah Johann Zarco memilih keluar dari KTM. Musim 2020 akan menjadi tahun pembelajaran baginya di MotoGP, namun tampaknya adaptasinya akan lebih mudah di KTM karena selama karirnya di kelas yang lebih rendah, dia selalu bersama tim KTM.
- Di urutan ke dealapan ada Alvaro Bautista, yang meraih runner up di kejuaraan World Superbike
Alvaro Bautista memang baru menjalani debutnya di World Superbike di musim 2019, tetapi tidak ada yang mengharapkannya untuk tampil begitu dominan di awal seri balapan seperti yang ia lakukan pada musim 2019.
Bautista dengan cepat langsung beradaptasi dengan karakter ban motor superbike, elektronik, rem dan lainnya, juga memanfaatkan dengan baik keunggulan tenaga besar motor Ducatinya. Bautista memenangkan 11 balapan secara berturut-turut dari empat seri balapan pertama. Namun serangkaian kecelakaan yang menimpanya menghancurkan keunggulan poinnya terhadap Jonathan Rea dan pada akhirnya membiarkan gelar juara dunia World Superbike kembali jatuh ke tangan Rea.
- Di urutan ke tujuh ada Alex Rins, dengan meraih 2 kemenangan dan berhasil menempati urutan ke empat klasmen MotoGP.
Performa Alex Rins di musim 2019 sebenarnya baik, kombinasi paket motor Suzuki dan performa Rins yang semakin menanjak dari tahun ke tahun seharusnya bisa membuatnya meraih hasil yang lebih baik dari raihan 3 podium saja tahun ini, dengan dua podium diantaranya menghasilkan kemenangan.
Salah satu kemenangannya adalah saat dia menang duel dengan Marc Marquez, ini menunjukan bahwa ia salah satu pembalap yang berpotensi untuk bersaing dengan Marc Marquez di masa depan
Kelemahan Rins ada pada sesi kualifikasinya yang buruk, yang membuat Rins sering mulai balapan jauh dari belakang grid terdepan, membuatnya kehilangan banyak waktu untuk besaing dengan pembalap terdepan meskipun ia memiliki kecepatan untuk meraih podium.
- Di urutan ke enam ada pembalap pabrikan KTM, Pol Espargaro.
Pol Espargaro memiliki prestasinya yang cukup baik untuk dibanggakan. Secara teratur mencetak poin bagus dan menjadi pembalap dari KTM yang paling menonjol di sepanjang musim. Salah satunya dia berhasil meraih posisi ketiga saat sesi kualifikasi di Misano yang membuat Pol Espargaro sangat bangga atas kerja kerasnya, meski hasil balapan yang diraihnya tidak begitu menonjol, tetapi itu adalah sesuatu mampu dia lakukan secara teratur pada motor KTM RC16nya. Pol Espargaro jelas sekali merasa bahagia di KTM dan berdedikasi penuh pada pabrikan asal Austria ini.
- Di tempat ke lima ada Maverick Vinales, dengan raihan 2 kemenangan dan menempati urutan ketiga klasmen MotoGP
Maverick Vinales tidak pernah gagal di Yamaha. Sejak kedatangannya pada tahun 2017, ia telah menjadi pencetak poin terbanyak untuk Yamaha, meraih enam dari tujuh kemenangan balapan tim Yamaha dan masuk ke tiga besar klasmen MotoGP dua kali. Namun ia datang ke pabrikan Yamaha ini kala sedang mengalami paceklik performa di MotoGP.
Di awal musim 2019, Vinales mempunyai kepala mekanik baru dan seorang pelatih balap yang diharapkan bisa membantunya meraih hasil baik di musim 2019, namun serangkaian hasil buruk malah dialaminya di paruh pertama musim 2019.
Memasuki paruh musim kedua 2019, Vinales berhasil mengatasi keterpurukannya, didukung oleh kemajuan besar yang dilakukan Yamaha di pertengahan musim 2019, performanya yang sangat bagus pada sesi latihan dan kualifikasi membuahkan hasil 6 podium, diantaranya kemenangan yang dominan di Assen dan Sepang.
- Runner up tiga kali berturut turut MotoGP Andrea Dovizioso berada tempat ke empat.
Meskipun Dovizioso mengamankan posisi runner-up untuk ketiga kalinya berturut-turut di musim ini, ada sesuatu yang sedikit mengecewakan dari pembalap italia ini di musim 2019. Dovizioso agaknya secara perlahan bukan lagi menjadi saingan terberat Marc Marquez, terutama karena jarak poin antara dua pembalap ini semakin besar, dari jarak 37 poin di musim 2017 menjadi 151 di musim 2019.
Duel antara Marquez dan Dovizioso di lap terakhir masih terjadi beberapa kali dan Dovizioso memenangkan pertarungan ini dua kali, di seri balap Qatar dan Austria, tetapi itulah satu-satunya saat ia bisa bersaing dengan Marc Marquez sepanjang musim 2019.
Namun Dovizioso masih memiliki performa yang patut dipuji, di mana ia sedikit kurang berhasil dibandingkan performa tahun lalu tetapi ia tetap menjaga performa yang konsisten tahun ini. Hanya dua kali gagal finish, karena kecelakaan yang disebabkan oleh Lorenzo di Barcelona dan ditabrak oleh Quartararo di Silverstone, ini sama sekali bukan kesalahan yang dia buat tetapi karena dia kurang beruntung, dan ia hampir selalu finis di lima besar di musim 2019.
- Pembalap di urutan ketiga terbaik di tahun 2019 adalah sang juara dunia 5 kali berturut turut di World Superbike, Jonathan Rea
Di awal seri balapan, Rea mendapat penantang tangguh Alvaro Bautista dengan motor baru Ducati V4 R. Kalah berturut turut dalam 11 kali balapan awal, membuat kita yakin bahwa Rea sudah habis. Namun Rea memastikan dia telah membalap maksimal dengan motor Kawasaki ZX-10RR, terbukti ia selalu meraih posisi podium kedua 10 kali selama awal seri berjalan.
Seri balap Misano menjadi titik balik Rea, ketika Bautista mengalami serangkaian kecelakaan. Rea memanfaatkan serangkaian situasi buruk dan menurunnya performa Bautista dengan meraih banyak kemenangan sampai seri terakhir musim balap 2019, membuatnya meraih rekor sensasional, menjadi juara dunia World Superbike lima kali berturut turut. Jonathan Rea mengakhiri tahun 2019 dengan 17 kemenangan dan memimpin 165 poin.
- Nama ini tentu tidak begitu saja dilewatkan, sebagai pembalap muda rookie MotoGP, secara mengejutkan dia bisa tampil luar biasa, meraih 7 kali podium dan menempati posisi kelima klasmen MotoGP.
Fabio Quartararo mungkin bukan pembalap yang bersinar di kelas yang lebih rendah, atau pada saat itu ia belum memunculkan potensinya yang besar. Di kelas MotoGP ini secara mengejutkan ia seakan sangat kuat di sesi latihan dan kualifikasi. Memecahkan rekor sebagai pembalap termuda MotoGP yang meraih pole position, total sudah enam kali ia memperoleh pole position. Franco Morbidelli mengatakan bahwa mengalahkan Quartararo di sesi kualifikasi adalah hal tersulit yang bisa dia lakukan.
Quartararo tidak begitu spesial ketika balapan dimulai, namun performanya masih diatas para pembalap rookie lainnya. Dan meski dia dikalahkan oleh Marc Marquez dua kali di lap terakhir, Quartararo dipastikan memiliki potensi besar untuk menjadi rival utama Marc Marquez di masa depan.
- Marc Marquez, sudah pasti pembalap ini menempati urutan pertama sebagai pembalap terbaik di tahun 2019, bahkan mungkin di dekade ini.
Pembalap Honda sekali lagi benar-benar menghancurkan para pesaingnya di tahun ini, meskipun kebangkitan Yamaha dan munculnya Quartararo mengancam dominasinya. Apa yang tampak di awal seri musim ini seolah-olah itu bisa menjadi pertarungan gelar juara dunia yang ketat, saat Marc Marquez mengalami kecelakaan di Sirkuit Amerika. Namun sekali lagi Marquez mengubah anggapan ini dengan serentetan podium sampai seri terakhir.
Sementara itu ada beberapa seri balapan di mana Marquez mendapat penantang serius dan beberapa kali dia kalah. Namun tidak ada pembalap yang bisa menyamai tingkat konsistensi Marc Marquez yang mengejutkan sepanjang musim 2019. Seandainya dia tidak melakukan kesalahan kecil yang berakibat kecelakaan di seri balap Austin, ia kemungkinan besar sudah menjadi juara dunia di seri balap Aragon, dua bulan sebelum musim balap 2019 berakhir.