![](https://www.startinggrid.id/wp-content/uploads/2022/03/tyrrelwiki.jpeg)
Mungkin seorang Robert Kenneth Tyrrell atau lebih akrab disapa Ken Tyrrell tak pernah menyangka kalau tim yang dulu didirikan berubah menjadi monster cantik dengan power yang luar biasa sehingga melumat habis gelar juara konstruktor selama 6 tahun berturut-turut!
Bisa jadi arwah Ken Tyrrell tercengang di alam sana mendapati Tim-nya memenangkan banyak balapan dengan seorang pebalap Inggris bermesin Jerman dan dengan label lain, yang bukan lagi Tyrrell.
Bagaimana ceritanya?
Berawal dari mundurnya Ken dari kursi pebalap, lalu pria Inggris mantan pilot Angkatan Udara inggris itu memutuskan untuk mendirikan tim balap yang kelak dilabeli Tyrrell. Setelah lama malang melintang di panasnya sirkuit, perjalanan panjang Tyrrell mulai terseok-seok.
Pernah mendesain mobil yang sangat atraktif dan membuat tercengang, akhirnya Tyrrell harus mengibarkan bendera putih akhir 90an. Pada 1997 Ken sebenernya sudah menjual tim-nya ke Craig Polloc. Tepatnya pada Grand Prix Jepang tahun 1998
Sebuah tim baru dengan sponsor penuh dari perusahaan rokok terbesar di dunia mengakuisisi Tyrrell. British American Tobacco nama perusahaan rokok itu.
Tyrrell pun berubah nama jadi British American Racing. Resmi berdiri pada tahun 1999 tim ini tidak ‘se-Inggris’ dulu lagi. Separo nyawanya Amerika. Dengan pebalap utama berasal dari Kanada, serta bermesin Perancis yaitu Renault, yang di rebadge menjadi supertec.
![](https://www.startinggrid.id/wp-content/uploads/2022/03/BARFormula1dotcom.jpeg)
Secara estetika, mobil BAR punya keunikan tersendiri. Dengan livery khas dua merk rokok pada dua mobil pasangannya. Yaitu 555 yang dikemudikan Ricardo Zonta dan Lucky strike untuk mobil Jacques Villenueve. Kedua merk rokok itu yang merupakan dagangan utama British American Tobacco.
Sayang seribu sayang, dana berlimpah tak berbanding lurus dengan hasil balapan. BAR pun mengakhiri musim 1999 dengan tanpa satu pun poin diperoleh.
Pada tahun 2000 BAR memulai kerja sama dengan pihak Jepang untuk menanamkan mesin Honda dibalik sasis mobil.
Honda datang bukan hanya untuk supplier mesin. Tapi juga menempatkan beberapa staffnya di markas BAR di Barckley. Hal itu seolah menjadi isyarat bahwa Honda akan membangun tim pabrikan, kelak.
Enam tahun kiprahnya di Formula 1, akhirnya British American Tobacco nyerah.
Pada tahun 2005 mereka resmi mundur dari panasnya persaingan Jet darat. Honda meneruskan debut mereka dengan membeli 100% saham British American Racing (BAR) dari British American Tobacco (BAT).
Dengan begitu, tercapai sudah misi Honda untuk menjadi tim pabrikan. Pada awalnya, Honda F1 di pimpin oleh Nick Fry dan Geoff Willys.
Selang dua tahun kemudian, Ross Brawn masuk sebagai prisipal tim yang bermarkas di Inggris tersebut.
Seiring dengan resesi dunia pada tahun 2008, Honda akhirnya menyatakan mundur. Ross Brawn akhirnya membeli tim yang dipimpinnya itu dengan harga 1 Poundsterling atau kalau dikonversikan ke rupiah tidak lebih dari 20 ribu. Yah, saya tidak sedang becanda. Tapi dengan catatan, Brawn menanggung beban tim sebelumnya.
![](https://www.startinggrid.id/wp-content/uploads/2022/03/brawnGPmotorsport.jpg.webp)
Akhirnya pada musim 2009, munculah tim baru bernama BrawnGP.
Yup, dengan keterbatasan dana, serta sempat pontang-panting cari pemasok mesin, yang pada akhirnya memakai mesin Mercedes, akhirnya 2009 menjadi musim paling manis sepanjang karier Brawn. Okelah, Brawn boleh sukses di Ferrari. Tapi apapun status Brawn di Maranello, tetap saja dia seorang pekerja yang mendedikasikan kejeniusan-nya di Tim merah.
Dan 2009 ini Brawn punya timnya sendiri, BrawnGP. Walau hanya ada satu sponsor, yaitu Virgin Aviation yang di miliki Sir Richard Branson.
Di tahun pertama debutnya, BrawnGP langsung menggebrak dengan inovasi double diffuser. Pasangan Jenson Button & Ruben Barichello naik podium satu dan dua. Keberhasilan itu sekaligus mengantarkan BrawnGP merebut juara konstruktor untuk musim 2009.
Sekali berarti, sudah itu mati, dan reinkarnasi. Mungkin itulah gambaran tentang BrawnGP. Karena pada 2010 tim itu dijual ke Mercedes, pemasok mesin mereka.
Ini adalah kali pertama sejak tahun 1955 Mercedes berdiri sebagai tim sendiri atau sebagai tim pabrikan, setelah sekian lama menjadi supplier buat tim non pabrikan, salah satunya McLaren.
Adapun yang melatarbelakangi pendirian tim pabrikan asal Jerman ini adalah karena mereka kurang setuju perihal McLaren yang juga melakukan pengembangan Roadcar. Hmmm….nuansa politik kental terasa disini.
Musim 2010 berjalan dengan tetap mempertahankan Ross Brawn sebagai prinsipal tim, dan Nick Fry sebagai CEO.
Begitu pun untuk markas tim, mereka masih menggunakan lokasi lama di Brackley, sama dengan yang dipakai Honda dan BrawnGP.
Sedangkan lini pebalap diisi oleh Nico Rosberg dan Michael Schumacher. Jadilah tim itu serba Jerman. Mercy, Schumy, dan Rosberg. Kurang satu lagi, Hitler. Hushhh….
Sedangkan Jenson Button pindah ke McLaren, diiringi dengan Rubens Barichello ke Williams F1.
Di tahun yang sama, perusahaan minyak asal Malaysia, Petronas, masuk sebagai official partner.
Maka nama resmi di lintasan jadi Mercedes Petronas Formula One Team.
Mau tahu, bonus kemenangan untuk juara konstruktor? 50 juta poundsterling atau sekitar 900 milyar Rupiah ! Itu diperoleh BrawnGP pada kemenangan tahun 2009. Dan dengan tambahan dari Petronas sebagai uang sponsor sebesar 30 juta poundsterling, sekitar 540 Milyar Rupiah, jadilah tersedia dana 80 juta poundsterling atau sekitar 1,4 triliun rupiah. Sangat cukup untuk saat itu. Itu belum uang lain-lain yang ditambahkan pihak Mercy.
Tapi, dengan dana melimpah, tidak membuat kemampuan Michael Schumacher se-digdaya semasa di Ferrari. Dan bukan Schumy kalau nggak bikin kontroversi. Kali ini dengan Rubens Barichello lagi.
Yaitu ketika race di sirkuit Hungaroring, Hungaria. Schumy menghalangi laju mobil Barrichello yang hendak mendahului sehingga memaksa Barrichello mepet ke pit wall atau tembok pembatas di kecepatan 290km/jam!
Akhirnya pada akhir 2012 Schumy benar-benar mundur dari Formula 1. Posisi Schumy digantikan oleh pebalap Inggris, yang kelak menjadi legenda baru memecahkan rekornya, Lewis Hamilton.
Tahun 2014 sampai tahun 2020 merupakan musim keemasan bagi Mercy.
Dimana Lewis Hamilton memborong habis gelar juara pebalap dan mempersembahkan tropi konstruktor buat The Silver Arrow, sampai pada akhirnya pada 2021 seorang pemuda Belanda merebut tahtanya dengan penuh kontroversi!