Performa motor Ducati yang bagus saat ini awalnya dimulai di tahun 2015, ketika Gigi Dall’lgna pertama kali mendesain motor Desmosedici yang benar benar berbeda dari tahun sebelumnya.
Proses untuk bisa mencapai performa motor yang sangat baik seperti saat ini membutuhkan waktu yang lama, karena Ducati harus menguji coba motor dengan pembalap resminya untuk membuktikan bahwa pengembangan yang dilakukan ini efektif. Namun seperti yang kita tahu beberapa tahun terakhir ini, karena aturan yang diberlakukan Dorna kesempatan untuk menguji coba motor dengan pembalap resmi sangat dibatasi, sehingga hal ini memperlambat proses pengembangan Ducati.
Crew Chief Bagnaia, Cristian Gabbarini meyakini bahwa Ducati mengambil langkah maju ketika menempatkan Pecco Bagnaia dan Jack Miller di tim pabrikan. Karena gaya balap Bagnaia dan Miller sangat membantu tim insinyur Ducati untuk membenahi kelemahan utama motor Desmosedici, yaitu dalam hal menikung. Ini karena kemampuan Bagnaia yang bisa melepas rem dan kemudian menikung menuju tikungan lebih cepat dari Andrea Dovizioso.
Di Aragon, dimana Bagnaia memenangkan balapan pertamanya di MotoGP setelah duel panjang dengan Marc Marquez, Marquez mengatakan bahwa Bagnaia terlihat seperti Dovizioso. Namun menurut Gabbarini, Bagnaia mengerem lebih keras dan memiliki corner speed lebih cepat dari Dovizioso.
Dovizioso memang kesulitan dengan Ducati setelah Michelin memperkenalkan ban belakang dengan konstruksi lebih soft di 2020, yang mana ini memaksa pembalap mengubah gaya balapnya dari ‘stop and go’ dengan gaya balap yang mengandalkan corner speed. Ini juga yang membuat Dovizioso masih kesulitan beradaptasi dengan motor Yamaha.
Gabbarini mulai bekerja dengan Bagnaia ketika masih bergabung di tim satelit Pramac Ducati 2019, setelah di tahun 2017 dan 2018 bekerja bersama Jorge Lorenzo, yang mungkin saja bisa merebut gelar dunia untuk Ducati bila para petinggi Ducati mau sedikit bersabar mempertahankan Lorenzo. Namun, 4 tahun kemudian nyatanya Lorenzo masih punya andil dalam membantu Ducati.
Peran Jorge Lorenzo dalam membantu Ducati selepas kepergiannya ke Honda disadari Gabbarini ketika gaya balap Bagnaia sangat mirip dengan Lorenzo. Sehingga Gabbarini dan insinyur data Tommaso Pagano langsung mengecek data Lorenzo.
Gabbarini menilai bahwa data dari Lorenzo sangatlah membantu karena cara membalap Lorenzo di penghujung karirnya di Ducati sangatlah jenius. Sehingga ketika Bagnaia mendapat masalah dengan motornya, Gabbarini memberi saran untuk mengikuti cara membalap Lorenzo, misalnya dengan mencontoh racing line yang dilakukan Lorenzo agar bisa keluar tikungan dengan akselerasi yang lebih baik dan sebagainya. Dan Bagnaia pun juga merupakan pembalap yang sangat pintar, bisa dengan cepat memahami arahan yang diberikan.
Salah satu keunggulan terkuat Jorge Lorenzo adalah dia bisa mengalahkan Marc Marquez dalam hal pengereman, sampai sampai tidak ada yang bisa mengovertake Lorenzo di zona pengereman. Oleh karena itu, Gabbarini pun mengarahkan Bagnaia agar meniru gaya balap Lorenzo yang mengerem dengan sangat keras. Cara mengerem Bagnaia yang sangat keras ini bisa terlihat pada kamera onboard di balapan Aragon tahun lalu, saat Bagnaia mengerem di belakang Marquez dan bisa langsung mendekat beberapa meter di zona pengereman.
Di akhir tahun lalu, hanya ada satu permintaan Bagnaia pada Ducati untuk musim 2022 ini, yaitu menginginkan motor yang lebih lincah, terutama di tikungan cepat. Bukan suatu hal yang mengejutkan, karena aero downforce membuat motor Ducati menjadi berat untuk bergerak dan mengubah arah dengan cepat. Inilah mengapa Ducati sedang mengevaluasi untuk membuat fairing yang lebih ramping untuk musim balap 2022.
Perubahan terbesar bagi Ducati di tahun 2022 ini adalah sepertiga dari 24 pembalap di grid MotoGP akan mengendarai Desmosedici, 5 diantaranya menggunakan GP22 dan 3 sisanya menggunakan GP21.
Ini akan memberikan pengaruh besar dalam balapan dan juga pada para pabrikan rival. Motor Ducati dikenal selalu kuat dalam sesi kualifikasi, sehingga besar kemungkinan motor motor Desmosedici akan memenuhi barisan start terdepan. Ini tentu akan semakin menyulitkan motor pabrikan lain untuk merangsek ke depan.
Dan kemudian ada keuntungan lain dari banyaknya motor Ducati di grid, yaitu para mekanik dan insinyur tim bisa punya banyak pilihan dalam mencoba setingan, pengembangan dan pemilihan ban yang tepat.
15 tahun sudah terlewati semenjak Ducati memenangkan gelar dunia pembalap MotoGP. Akankah tahun ini Bagnaia, Miller atau bahkan Martin bisa menyamai torehan Casey Stoner sebagai juara dunia MotoGP 2007 dengan motor Ducati ?
Sumber: Mat Oxley