Sebelum resmi dipinang Red Bull KTM Ajo pada akhir November lalu, Acosta sebenarnya telah menjadi pembicaraan hangat di Spanyol, menyusul kesuksesan menggapai gelar juara Red Bull MotoGP Rookies Cup 2020. Tetapi memang saat itu, namanya masih asing di telinga pencinta balap motor Grand Prix.
Bahkan ketika berhasil podium kedua dalam debutnya di seri pembuka Moto3 Qatar, Acosta belum dipandang sebagai pembalap yang patut diperhitungkan. Barulah saat memenangi putaran kedua di gelaran GP Doha, pemakai nomor start 37 tersebut mulai diperhatikan.
Meski dihukum start dari pit lane, Acosta mampu tampil luar biasa. Tercecer di posisi ke-22, serta terpaut delapan detik lebih, sang rookie mencatatkan comeback epik lewat kesuksesan merebut podium tertinggi. Dua balapan pertama Moto3, dan Acosta sudah berhasil mengoleksi satu kemenangan.
Pujian tinggi kemudian membanjiri Acosta. Marc Marquez, Fabio Quartararo, hingga Valentino Rossi dibuat terkagum-kagum oleh penampilan ciamik pembalap muda asal Negeri Matador itu. Apresiasi turut diberikan kepada bos Red Bull KTM Ajo, Aki Ajo, lantaran jeli melihat performa brilian pembalapnya.
Sensasi rider kelahiran 25 Mei 2004 tersebut berlanjut di Moto3 Portugal, Minggu kemarin , Acosta menunjukkan tajinya lagi. Namun, kemenangannya kali ini terasa berbeda. Kontrol atas motornya pada lap terakhir, terutama manuver terhadap Dennis Foggia di tikungan terakhir layak diacungi dua jempol.
Sempat ditanya oleh bos timnya, Aki Ajo mengenai apa strateginya di sebelum balapan dimulai, Acosta hanya menjawab hanya ingin bersenang-senang selama 25 menit, lalu mendapatkan trofi. Dan akhirnya perkataannya pun terbukti.
Lahir dari keluarga sederhana, ayahnya seorang nelayan yang beristrikan ibu rumah tangga, Acosta mulai mengenal roda dua saat berusia 5 tahun, saat ayahnya membelikannya motocross. Menyadari putranya memiliki skill dan talenta, ayahnya kemudian mendaftarkan Acosta pada berbagai kompetisi balap motor. Salah satunya pada 2013, dia menjuarai kompetisi Minibikes Mini Alevin B.
Musim 2016, pembalap yang mengidolai Kevin Schwantz dan Casey Stoner itu menempati peringkat kedua di Campeonato de Espana de MiniVelocidad kelas MaxxiGP 220, serta peringkat ketiga Campeonato de Espana de Velocidad kategori Moto4.
Lalu, pada 2017, Acosta menjadi kampiun Campeonato de Espana de Velocidad kelas PreMoto3. Sedangkan debutnya di ajang internasional diawali di CEV Moto3 Junior World Championship musim 2018.
Setelah bertengger di peringkat kedua klasemen akhir Red Bull MotoGP Rookies Cup 2019, Acosta sukses menggenggam titel untuk 2020. Sedangkan di CEV Moto3 tahun yang sama, dia mengklaim peringkat ketiga.
Tidak ingin kehilangan pembalap berbakat seperti Acosta, skuad Red Bull KTM Ajo buru-buru menyodorinya kontrak membalap di kejuaraan dunia Moto3 pada 2021. Padahal awalnya, Acosta telah mengikat kesepakatan dengan PrustelGP.
Pada akhirnya, keputusan Ajo untuk merekrut Acosta terbayar lunas. Perdana tampil di Moto3, sang rookie sama sekali tak gentar menghadapi rival-rivalnya yang sudah berpengalaman, termasuk melampaui kinerja rekan setim Jaume Masia.
Acosta kini pulang dari Moto3 Portugal berbekal status pemuncak klasemen sementara, dengan torehan 70 poin. Tetapi walau unggul 31 poin atas Masia, dan 34 poin atas Darryn Binder, dia enggan jemawa. Karena menurutnya suatu saat akan ada sirkuit di Grand Prix dimana dia masih belum menguasai penuh karakternya, dan dia sadar harus mengantisipasi hal itu.
Namun, Acosta tetap percaya bila dia dan timnya tetap bekerja dengan baik seperti yang dilakukan sekarang, maka di akhir tahun, bukan tidak mungkin, bisa saja akan ada hal luar biasa yang bisa dia raih.