Banyak orang menganggap bahwa ban slick yang tidak memiliki tapak membuat ban ini tidak mencengkram aspal dengan baik saat kondisi sedang hujan. Ini sebenarnya tidak sepenuhnya benar. Ban slick bisa mencengkram cukup baik saat hujan sehingga pembalap bisa membalap menggunakannya.
lalu bagaimana ini bisa terjadi?
Yaitu dengan cara membalap lebih halus dalam mengerem dan saat membuka gas. Namun hal ini tidak akan bertahan lama karena tikungan demi tikungan yang dilalui, ban akan kehilangan temperatur optimalnya sampai mencapai titik kritisnya. Banyak tim memperhitungkan bahwa titik kritis ban ada pada temperatur 40 derajat Celcius pada ban depan, sementara pada ban belakang tidak begitu berpengaruh karena banyak pembalap bagus yang bisa mengendarai motornya dengan grip yang sangat rendah.
Di bawah 40 derajat celcius ban depan bisa berhenti mencengkram aspal sehingga pembalap seperti membalap diatas es. Ini seperti saat kita mengerem ban depan dan ban depan terkunci, yang mana hal ini bisa membuat kita terjatuh.
Tidak hanya itu, rem karbon MotoGP juga tidak akan bekerja dengan baik ketika suhu rem ini dingin. Temperatur normal selama balapan adalah sekitar 450 derajat Celcius dan bisa meningkat sampai 800 derajat Celcius bahkan 900 derajat Celcius selama pengereman keras. Namun sekali temperatur perangkat rem ini turun jauh di bawah 250 derajat Celcius maka kinerja rem tidak akan bekerja baik.
Jadi selama beberapa lap terakhir di balapan GP Austria minggu kemarin bisa dibilang Brad Binder sedang membalap dengan tanpa grip ban depan dan rem depan. Hanya rem belakang saja yang menurutnya sedikit bekerja.
Binder sudah kesulitan selama awal balapan saat lintasan masih kering. Binder harus merangsek dari posisi ke 9 di lap pertama ke posisi ke 6. Dengan balapan masih menyisakan 28 lap, rombongan pembalap depan masih berjarak 4 detik. Ini tentu jarak yang sangat jauh di hari yang normal.
Namun balapan kemarin bukanlah hari yang normal. Hujan mulai turun di beberapa tempat, yang mana memperlambat laju rombongan depan beberapa detik. Binder punya keuntungan melihat bagaimana lima pembalap di depannya berusaha mengatasi situasi ini. Jadi dari jarak 5,9 detik dari pemimpin balapan Pecco Bagnaia di lap 21, dia mendekat dengan hanya jarak 1,1 detik di akhir lap 24, tepat di belakang Bagnaia bersama Marc Marquez, Fabio Quartararo, Jorge Martin dan Joan Mir.
1 lap kemudian saat hujan mulai turun semakin deras, 5 pembalap terdepan ini masuk ke pit untuk menukar dengan motor kedua mereka yang sudah dipasang ban hujan.
Dengan hanya 3 lap tersisa, penggantian ban ini bukanlah bertujuan untuk mendapatkan kecepatan balap dalam kondisi hujan melainkan penggantian ban ini lebih bertujuan untuk keselamatan, karena semua pembalap meyakini bahwa satu satunya cara agar mereka bisa finish adalah dengan memakai motor ban hujan.
Saat masuk ke ‘pitlane’, mengganti motor dan melaju keluar pitlane kira kira membutuhkan waktu 37 detik di sirkuit Red Bull Ring. Ini sebuah waktu yang sudah diketahui para pembalap, karena mereka harus memperhitungkan hal itu ke dalam keputusan apa yang akan mereka buat saat mengganti motor mereka. Mereka sebenarnya sudah tahu bahwa kesempatan untuk menebus ketertinggalan 37 detik dalam 3 lap itu adalah hal yang tidak mungkin dilakukan.
Mereka juga sudah tahu bahwa tetap membalap dengan ban slick adalah hal yang tidak mungkin, jadi menggunakan ban hujan adalah menjadi satu satunya pilihan yang masuk akal.
Brad Binder yang berada tepat di belakang 5 pembalap terdepan hanya punya waktu sepersekian detik untuk menentukan pilhan untuk masuk ke pit atau tetap membalap dengan ban slick.
Dia sudah tahu bila dia memilih masuk pit dia akan balapan dengan ban hujan dengan tanpa keunggulan apapun. Namun bila dia tetap membalap menggunakan ban slick, dia tidak tahu hal apa yang bisa terjadi, siapa tahu situasinya bisa menjadi sangat baik atau malah sangat buruk. Namun di awal balapannya kemarin juga cukup mengecewakan karena itulah Binder memutuskan untuk berjudi dengan tetap menggunakan ban slick.
Keputusan Binder tetap membalap dengan ban slick di kondisi hujan ini mungkin saja tidak terlepas dari adiknya sendiri Darryn Binder yang sebelumnya pernah mengatakan padanya bahwa adiknya itu cukup terkesan soal grip yang cukup baik pada ban slick saat kondisi hujan di Red Bull Ring, karena Darryn Binder diketahui sudah menggunakan ban slick di balapan GP Styria seminggu yang lalu di kelas Moto3.
Lap time Binder pada lap terakhir kondisi kering adalah 1 menit 25 detik. Lap pertamanya saat kondisi basah saat dia memimpin balapan adalah 1 menit 32,7 detik.
Lalu kemudian hujan mulai turun dengan derasnya. Di lap berikutnya di lap 26, laptime Binder 1 menit 34,5 detik, lalu 1 menit 39,5 detik dan di lap terakhirnya 1 menit 50,3 detik.
Selama berlangsungnya 2 lap terakhir Binder sama terkejutnya dengan semua orang bahwa dia tidak crash. Bisa dibayangkan bila Binder crash, pasti dia akan mendapat cemoohan karena kebodohannya tetap membalap dengan ban slick. Namun karena dia bisa bertahan dengan ban slick di kondisi hujan dan bisa finish semua orang memujinya seperti pahlawan.
Di tengah kegilaan balapan GP Austria minggu kemarin, pertarungan untuk memperebutkan gelar dunia MotoGP 2021 hampir terlupakan. Cara membalap Quartararo khususnya di kondisi kering di Red Bull Ring sangat hebat. Banyak orang menganggap motor Yamaha YZR-M1 akan kesulitan di Red Bull Ring seperti biasanya, namun faktanya Quartararo tiba disana yang awalnya unggul 34 poin dari peringkat kedua klasmen, bisa menjauhkan margin poin dengan 47 poin setelahnya.
Balapan selanjutnya adalah di Silverstone yang dikenal punya kemungkinan curah hujan yang tinggi. Bisa jadi ada hal hal yang lebih menarik lagi terjadi di Silverstone.